Akademi Guru Kader Bangsa Dorong Kebangkitan Pendidikan Nasional melalui Sekolah IB Diploma Berasrama

JENDELAPUSPITA – Yayasan Pendidikan Kader Bangsa Indonesia (YPKBI), melalui Akademi Guru Kader Bangsa (AGKB), menggelar Leaders & Educators Gathering di Brawijaya VIII, Jakarta Selatan. Acara ini di hadiri lebih dari 60 calon guru unggulan, baik secara langsung maupun virtual dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam pertemuan ini, sejumlah pemikir dan praktisi pendidikan ternama, seperti Dirgayuza Setiawan, Miftah Sabri, Fitri Tanjung, Dwi Yuliantoro, Djodi Hardi, Ferro Ferizka, dan Achmad Adhitya, berbagi wawasan dan strategi untuk mendorong kebangkitan pendidikan nasional di abad ke-21.

Miftah Sabri, Pembina YPKBI, menekankan bahwa Indonesia pernah memiliki sekolah unggulan sejak tahun 1860 dengan standar internasional. Sekolah-sekolah ini memiliki tenaga pengajar berkualifikasi tinggi, termasuk doktor dari luar negeri, serta kurikulum yang mewajibkan siswa menguasai empat bahasa—Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis.

“Para intelektual dan pemimpin bangsa lahir dari lingkungan akademik yang unggul ini,” ujar Miftah Sabri, Sabtu (08/02/2025).

Kini, Akademi Guru Kader Bangsa menginisiasi gerakan kebangkitan pendidikan Indonesia kedua dengan mendirikan dan mengelola Sekolah IB Diploma Berasrama. Melalui inisiatif ini, AGKB bertujuan membangun kembali tradisi sekolah unggulan yang akan melahirkan generasi pemimpin masa depan.

Kondisi pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan serius, sebagaimana tergambar dalam hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang terus menurun. Menanggapi hal ini, Dirgayuza Setiawan, Pendiri YPKBI, menegaskan bahwa Sekolah IB Diploma Berasrama merupakan solusi konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

“Sekolah IB bukan hanya tempat belajar, tetapi juga model pendidikan unggulan yang menetapkan standar baru bagi Indonesia,” ujar Dirgayuza.

Menurutnya, sekolah yang unggul harus memiliki lima pilar utama: nilai, murid, guru, fasilitas, dan kurikulum yang berkualitas. Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi terbaiknya.

Di berbagai negara, sekolah-sekolah IB telah terbukti melahirkan pemimpin dunia, mulai dari presiden hingga perdana menteri. Namun, saat ini Indonesia yang berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa hanya memiliki 50 sekolah IB—jumlah yang sangat kecil di bandingkan dengan negara lain.

Sebagai perbandingan:

  • Singapura memiliki 30 sekolah IB (12,7% dari populasi).
  • Thailand memiliki 28 sekolah IB (0,9% dari populasi).
  • Malaysia memiliki 17 sekolah IB (0,7% dari populasi).

“Data ini menunjukkan betapa tertinggalnya Indonesia dalam penyediaan pendidikan berkualitas internasional. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk mendirikan lebih banyak Sekolah IB Diploma Berasrama agar akses pendidikan unggul semakin luas,” jelas Dirgayuza, yang juga editor 10 buku Presiden Prabowo Subianto.

Salah satu terobosan terbesar Akademi Guru Kader Bangsa adalah menjadikan profesi guru sebagai pilihan karier yang prestisius dan sejahtera.

Dirgayuza, lulusan Melbourne dan Oxford University, menekankan bahwa di sekolah IB Diploma Berasrama, kesejahteraan guru menjadi prioritas utama.

“Kami ingin menghapus stigma bahwa menjadi guru berarti harus berkorban kesejahteraan. Justru sebaliknya, kami memastikan bahwa guru-guru yang bergabung memiliki pendapatan yang layak, mencapai hingga Rp 35 juta per bulan,” tegasnya.

Dengan kesejahteraan yang terjamin, AGKB berharap dapat menarik para profesional terbaik untuk terjun ke dunia pendidikan dan berkontribusi dalam menciptakan generasi unggul bangsa.

Selain membahas strategi pendidikan, acara ini juga menghadirkan kisah inspiratif dari para pendidik yang telah lama berkiprah di sekolah unggulan.

“Menjadi guru di sekolah unggulan bukan sekadar mengajar, tetapi juga membentuk karakter pemimpin masa depan. Ini bukan jalan yang mudah, tetapi dengan dedikasi, kesabaran, dan keikhlasan, kita bisa melahirkan kader-kader unggul bangsa,” ungkap Fitri Tanjung.

Sementara itu, Djodi Hardi menjelaskan bahwa Akademi Guru Kader Bangsa mencari pendidik yang bukan sekadar mengajar. Tetapi juga siap menjadi bagian dari sebuah gerakan besar—membangun sekolah unggulan setara dengan sekolah-sekolah terbaik dunia.

Yang membuat pertemuan ini semakin istimewa adalah latar belakang para peserta yang sangat beragam—mulai dari profesional di perusahaan nasional dan global, konsultan multinasional, teknokrat, hingga akademisi. Mereka semua memiliki satu tujuan yang sama: berkontribusi bagi masa depan pendidikan Indonesia.

“Mereka datang dengan satu keyakinan bahwa YPKBI bukan hanya sekadar organisasi pendidikan, tetapi juga ekosistem nyata bagi siapa saja yang ingin mewariskan masa depan unggul bagi generasi berikutnya,” ujar Devie Rahmawati, Wakil Ketua YPKBI, menutup pertemuan dengan penuh optimisme.

(Hendi)