Mungkin beberapa dari kita ada yang pernah bertanya soal ini!
“Kenapa, sih, kita harus menulis?”
Nah, sebelum menemukan jawabannya, simak dulu cerita dari salah satu penulis asal Indonesia ini, yuk!
Fiersa Besari, salah satu pemusik sekaligus penulis yang cukup terkenal akhir-akhir ini, ternyata senang menulis sejak dulu, loh. Awalnya, dia membagikan pemikiran dan perasaannya melalui tulisan. Kebetulan, waktu itu banyak orang yang menggunakan media sosial, hingga Fiersa memilih untuk membagikan tulisannya melalui media tersebut.
Dari sana, banyak orang yang menyukai tulisan-tulisannya. Itulah awal cerita dirinya menulis.
Awal Kecintaan Fiersa pada Dunia Tulis-menulis
Namun, kecintaan Fiersa pada dunia tulis-menulis berawal saat ia berada di Maluku, tepatnya di Pulau Seram. Di sana, dia sedang melakukan perjalanan menggunakan kapal.
Ketika berasa di kapal, Fiersa mengobrol dengan beberapa temannya, salah satunya bernama Epot. Epot memberikan sebuah buku kepada Fiersa yang berjudul Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer.
Dari buku itu, Fiersa jadi tahu ketika sedang berada di perjalanan, hal yang bisa menjauhkan kita dari rasa bosan adalah buku.
Coba bayangkan, jika kita berada di kapal, dan tidak bisa menemukan sinyal di tengah laut. Tentunya hanya sedikit hal yang bisa kita lakukan, bukan? Misalnya saja mengobrol dengan orang-orang sekitar, mendengarkan lagu (kalau baterai ponsel masih ada), membaca buku, dan menulis.
Nah, dari situlah akhirnya Fiersa mulai menulis lebih panjang. Awalnya media sosial menjadi tempatnya menulis, tetapi sudah tidak muat lagi. Dia pun mulai menulis ke dalam sebuah kertas.
Timbul Kebiasaan Membaca dan Menulis
Sepulangnya dari perjalanan, Fiersa terus membaca dan menulis. Bahkan, ia juga menuliskan perjalanannya menyusuri Indonesia. Namun sayangnya, belum ada penerbit yang mau menerbitkan tulisannya.
Tapi, dari situ ia tidak berhenti menulis. Fiersa juga mulai mencoba lagi menulis ke Twitter, Blog, dan Instagram. Dia bersama kawannya, Aw Angesti, membuat komunitas literasi bernama “Komunitas Pecandu Buku”.
Lalu, Fiersa Besari menggabungkan dua hobinya yaitu menulis dan bermusik, kemudian membuat album buku yang berjudul Konspirasi Alam Semesta.
Dia juga harus melewati masa sedih dalam hidupnya ketika sang ayah meninggal, hingga harus bekerja ke Purwarkarta. Di kota itu, bersama sahabatnya bernama Arsal, ia menulis sebuah buku berjudul Garis Waktu.
Ternyata, tak lama kemudian salah satu penerbit menghubunginya dan ingin menerbitkan Garis Waktu menjadi sebuah buku. Melalui buku inilah, banyak orang yang lebih tahu tentang dirinya.
Nah, teman-teman, kembali ke pertanyaan awal, nih. Jadi, “Kenapa, ya, kita harus menulis?”
Jawabannya sederhana. Sama seperti, “Kenapa harus memotret?” dan “Kenapa harus bermusik?” Yaitu karena ingin mengabadikan, sebab manusia adalah makhluk yang pelupa.
Dari menulislah, kita bisa mengabadikan momen-momen tersebut ke dalam bentuk tulisan. Dan, kalau ada yang bertanya bagaimana menjadi penulis? Mungkin pertanyaan itu akan kita tanyakan apabila diri kita masih kurang membaca.
Sebab, semakin banyak kita membaca buku, semakin banyak juga yang ingin kita keluarkan dari pikiran kita.
“Kita menulis bukan hanya untuk diterbitkan, bukan hanya ingin terkenal. Karena hal tersebut hanya akibat, bukan tujuan. Teruslah menulis, teruslah mengabadikan,” tutur Fiersa dalam video Youtube Channel miliknya. (AA).