JENDELAPUSPITA – Nita Fitriyani (21), putri dari seorang petugas Linmas (hansip) di Karawang, Jawa Barat, berhasil membanggakan kedua orangtuanya. Nita menjadi wisudawati terbaik di Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,83 dari jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer.
Nita mampu membuktikan kepada ayahnya, Omay Zaelani Rohman (48), dan ibunya, Acah Kurniawati (45), bahwa dirinya bisa lulus kuliah dengan gelar sarjana dan IPK tinggi. Meskipun ayahnya bekerja sebagai Linmas dan ibunya sebagai penjual kue, Nita tetap menunjukkan prestasi yang membanggakan.
Saat prosesi wisuda, Nita tak malu ayahnya datang mengenakan seragam Linmas. Dia ingin membuktikan bahwa pekerjaan orangtua tidak menjadi halangan untuk meraih pendidikan tinggi dan menjadi lulusan terbaik.
“Melihat perjuangan bapak yang sangat besar, saya harus memberikan timbal balik. Alhamdulillah, saya bersyukur bisa memberikan yang terbaik,” kata Nita usai prosesi wisuda di Gedung Serba Guna Bintang Maruli di Jalan Syekh Quro, Desa Palumbonsari, Kecamatan Karawang Timur, Sabtu (22/06/2024).
Nita mengungkapkan perjuangan ayahnya untuk terus membayar uang kuliah di tengah honor pekerjaan sebagai Linmas yang tak seberapa. Bapaknya mencari pekerjaan serabutan untuk menambah penghasilan, sementara ibunya juga membantu dengan berjualan kue.
“Aku juga berjuang untuk mencari informasi beasiswa. Alhamdulillah, satu tahun pernah mendapatkan beasiswa dari program Karawang Cerdas Pemkab Karawang,” jelasnya.
Selama perkuliahan, Nita mengaku perjuangannya sangat berat untuk meraih nilai terbaik. Semakin tinggi tingkat semesternya, materinya semakin sulit. Ia harus bisa mandiri dalam mengerjakan tugas dan skripsi.
“Makin naik semester, teman-teman mulai sibuk masing-masing. Apalagi jurusan Teknik Informatika ini sulit, tapi kalau yakin kita bisa,” ujarnya.
Dalam pergaulannya di kampus, Nita tidak pernah gengsi meskipun orangtuanya bekerja sebagai Linmas. Teman-temannya juga tidak pernah mengejek atau mempermasalahkan pekerjaan orangtuanya.
“Tidak pernah ada perlakuan berbeda dari teman-teman. Semua menghargai dan menghormati,” ucapnya.
Setelah meraih gelar sarjana, Nita ingin bekerja terlebih dahulu dan belum memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah S2. Ia bercita-cita menjadi programmer atau analis.
“Aku cita-citanya selain jadi programmer, juga ingin menjadi analis. Mau kerja dulu, belum untuk S2,” tambahnya.
Sementara itu, Omay Zaelani Rohman mengungkapkan keinginannya yang kuat agar anaknya bisa menjadi sarjana. Awalnya, ia sempat ragu bisa membiayai kuliah anaknya karena pekerjaannya sebagai Linmas.
“Pertama masuk dikira-kira bisa nggak ya, bismillah saya ingin anak kuliah. Ternyata atas izin Allah bisa, walaupun usaha saya hanya sebagai Linmas,” kata Zaelani.
Ia menyebut, honornya sebagai Linmas dibayar tiap dua bulan sekali. Honor dari kecamatan Rp 650 ribu dan insentif dari desa sebesar Rp 150 ribu per bulan. Sehingga, jika ditotal per bulannya mendapatkan Rp 475 ribu. Jika hanya mengandalkan honor Linmas, tidak akan cukup untuk membiayai kuliah anaknya. Maka itu, ia bekerja serabutan di sela-sela tugasnya sebagai Linmas. Selain itu, istrinya turut membantu dengan menjual kue.
“Setelah tugas Linmas, saya juga bekerja serabutan apa saja. Yang penting bisa membiayai kuliah anak,” katanya.
Untuk diketahui, Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang melakukan prosesi wisuda ke-8 dengan jumlah 387 lulusan dari 11 program studi. Rektor UBP Karawang, Prof. Dedi Mulyadi, mengatakan dari jumlah lulusan tersebut, ada sembilan lulusan terbaik, termasuk Nita yang orangtuanya bekerja sebagai Linmas.
“Sembilan lulusan terbaik ini IPK-nya rata-rata di atas 3,8. Dan dari jumlah itu, kita berbangga ada lulusan yang merupakan anak hansip yang bertugas di desa menjaga keamanan lingkungan,” katanya.
Prof. Dedi sangat mengapresiasi perjuangan orangtua Nita dan Nita sendiri karena bisa memberikan hasil terbaik kepada kedua orangtuanya.
“Kita apresiasi dan menjadikannya contoh. Karena kita tahu penghasilan sebagai hansip ini tidak sebaik yang lain, tapi ternyata bisa menghasilkan putrinya menjadi lulusan terbaik di UBP. Ini bagi kita sesuatu yang luar biasa,” ungkapnya.