Antologi Hikayat Melayu Deli

JENDELAPUSPITA – Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas berkah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Ucapan terima kasih tak lupa penulis tuturkan kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan: kepada penerbit Jendela Puspita yang telah memberikan wadah bagi penulis untuk berkarya, kepada para orang tua yang telah memberikan wawasan seputar budaya Melayu Deli, kepada keluarga yang selalu memberikan dukungan moral, dan kepada semua yang telah berkontribusi menjadi sumber inspirasi bagi penulis dalam mengumpulkan Antologi Hikayat Melayu Deli ini.

Penulis terinspirasi unuk membuat buku Antologi Hikayat Melayu Deli ini karena merasa kesulitan dalam mengumpulkan beberapa hikayat yang akan di jadikan sebagai bahan referensi untuk calon disertasi. Beberapa buku hikayat Melayu Deli dapat di temui dengan mudah, tetapi tidak dengan antologinya. Padahal, sebuah buku antologi hikayat sangat penting unuk kebutuhan penelitian atau pengkajian sastra dan pemeliharaan budaya.

Dengan terbitnya buku Antologi Hikayat Melayu Deli ini, penulis berharap agar peneliti dan pengkaji sastra dapat dengan mudah menemukan referensi. Penulis juga berharap agar kisah-kisah dalam hikayat Melayu Deli yang sarat akan moral dan budaya dapat di ketahui oleh khalayak ramai dengan membaca buku ini. Semoga keberadaan buku ini dapat memudahkan beberapa pihak serta dapat menjadi media yang mempromosikan kisah beserta adat Melayu Deli kepada masyarakat luas.

Akhir kata, penulis ingin mengutip perkataan dari guru penulis, Seno Gumira Ajidarma, “Menulis adalah suatu cara untuk berbicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang entah di mana dan cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas di timbang-timbang.” Semoga buku Antologi Hikayat Melayu Deli ini bisa mewakili unuk bicara, berkata, menyapa, serta menyentuh hati para pembaca di mana pun mereka berada. “Tak Melayu Hilang di Bumi”.

Bersepeda ke Istana Maimun

Ke Deli Tua menjual merica

Janganlah adik hanya melamun

Sebelum tua banyaklah membaca

Nur Indah Yusari, S.Hum., M. Pd.