Yogyakarta, 29 Desember 2022 – Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan diskusi komunikasi mahasiswa yang
disebut Diskoma Edisi 5 yang membahas berbagai isu komunikasi publik di Indonesia di tahun 2022. Pada diskusi secara virtual ini menghadirkan Dr. Nahria, S.Sos.,M.Si. (Dosen Universitas Muhammadiyah Papua), Andi Fauziah Astrid S.
Sos, M.Si (Dosen UIN Alauddin Makassar), Nyarwi Ahmad, S.I.P., M.Si., Ph.D. (Dosen Universitas Gadjah Mada), dan Ferdinandus Jehalut, S.Fil. (Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UGM).

“Komunikator publik harus selalu adaptif terhadap segala bentuk perubahan akibat perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi namun tetap mempertimbangkan kondisi sosial, budaya, dan kearifan lokal.” ujar Dr. Nahria, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Universitas Muhammadiyah Papua.

Berbagai isu di Indonesia terkait komunikasi publik sering menjadi sorotan. Komunikasi publik sendiri menjadi penanda penting bagi masyarakat demokratis. Dalam komunikasi ini, masyarakat terlibat dalam pertukaran gagasan di suatu ruang
publik mendiskusikan permasalahan dan kepentingan umum.

Nyarwi Ahmad, S.I.P., M.Si., Ph.D. selaku Dosen Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa “Sistem komunikasi publik kita terfragmentasi dan dipahami
dengan beragam perspektif.”

Komunikasi publik masih menjadi persoalan di Indonesia. Ruang publik yang seharusnya berperan memfasilitasi komunikasi publik dinodai oleh derasnya arus
mis/disinformasi. Tidak berlebihan jika muncul pernyataan “Indonesia darurat hoax” karena persoalan ini memerlukan penanganan serius, terutama di media sosial.

“Pemanfaatan Media sosial sebagai sarana komunikasi publik di era digital, bisa menjadi sehuah solusi yg efisien. Namun, menjadi PR selanjutnya, Bagaimana
menciptakan komunikasi publik yg sehat, di era digitalisasi saat ini?” tutur Andi Fauziah Astrid S. Sos, M.Si. selaku Dosen UIN Alauddin Makassar.

Persoalan yang tidak kalah penting, dalam isu-isu publik tertentu, pemerintah tampak gagap dalam melakukan komunikasi publik. Komunikasi publik dalam hal ini berperan dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat termasuk melakukan
edukasi.

Ferdinandus Jehalut, S.Fil. selaku Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UGM mengatakan bahwa “Diskursus dan opini publik muncul dari komunikasi dan
sentimen kolektif dalam masyarakat sipil. Di sini sangatlah diperlukan untuk mengomunikasikan pesan kepada khalayak secara benar dan menarik.”

Masyarakat mengharapkan pemerintah dan lembaga terkait lebih aktif berkomunikasi dengan publik. Masyarakat mengharapkan pemerintah dan lembaga
terkait hadir memberikan penjelasan dan merespon kegelisahan publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *