JENDELAPUSPITA – Halo, namaku Zaid. Liburan kali ini, aku di ajak Ibu bermain salju. Coba tebak di mana? Yup, Paris. Bukan Paris yang ada di Eropa, melainkan Paris Van Java alias Bandung, Jawa Barat.
Perjalanan di mulai dengan naik kereta dari Stasiun Tasikmalaya menuju Stasiun Bandung. Aku bersama Ibu dan Adikku yang masih berusia dua tahun, Naya.
Sementara Ayah sudah menunggu di Bandung bersama Adikku yang lainnya, Ara. Setelah sampai di Stasiun Bandung, kami menuju rumah Nenek di Cimahi untuk beristirahat.
Esok sorenya, kami bersiap untuk menuju Panama Park 825, salah satu wahana taman salju yang ada di Jalan Sudirman, Bandung. Sebelum berangkat, aku dan adik-adikku makan yang banyak.
“Main salju itu dingin sekali. Perutnya harus terisi karena kalori dari makanan bisa menjaga suhu tubuh,” kata Ibu.
Tiba di Panama Park 825, kami senang sekali. Adikku sampai loncat-loncat kegirangan. Sebelum masuk wahana, kami mengantre untuk mendapatkan jaket, sarung tangan, dan sepatu boot untuk dipakai di dalam ruangan bersalju.
Ketika masuk ke dalam wahana, brrrrrrrr… dingin sekali. Saljunya berwarna putih. Ada seluncuran dan boneka salju. Baru beberapa menit di dalam lututku sudah gemetar karena dingin. Tiba-tiba, Puk! Ibuku melemparku dengan bola salju.
Ibu berteriak, “Ayo, Zaid. Kita main lempar-lemparan bola saju, badannya harus bergerak biar nggak dingin!”
Puk! Sebuah bola saju di lempar tepat ke wajah Ibu. Ternyata Naya pelakunya. “Dedeeeeee Nayaaaa!!!” Aku tertawa melihatnya.
Setelah selesai bermain lempar bola salju, lalu aku main seluncuran es. Awalnya aku takut, tapi setelah mencobanya ternyata seru juga. Tidak lupa kami juga berfoto-foto dulu sebagai kenang-kenangan.
Kami hanya di izinkan bermain salju selama 30 menit. Kurang lama, sih, masih ingin seru-seruan. Tapi, memang tidak boleh terlalu lama di ruangan yang dingin seperti itu. Nanti badanku bisa sakit karena kedinginan.
Selesai bermain, aku merasa sangat lapar. Ternyata semuanya merasa lapar setelah lelah bermain salju. Lalu kami makan ayam goreng krispi di sebuah kedai cepat saji. Hari itu, aku senang sekali bisa main salju bersama keluargaku.
“Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kita masih bisa bersama-sama,” kata Ibu.
Muhammad Zaid Almusyaffa, penulis cilik berusia 7 tahun yang berdomisili di Tasikmalaya. Saat ini tercatat sebagai siswa di SDIT Al Mukrom. Menggambar dan bermain bola merupakan hobinya.