JENDELAPUSPITA – Dua siswa berprestasi dari Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 5 Demak, Lukluil Mansyur Ramdani dan Dwi Tasya Areta. Berhasil menciptakan inovasi pemurnian air berbasis teknologi tenaga surya. Mereka menamakan inovasi ini SOLAROIT—sebuah perangkat pemurni air yang memanfaatkan tenaga surya dengan teknologi membran reverse osmosis (RO) yang di lengkapi sensor berbasis Internet of Things (IoT).
Inovasi ini lahir dari keprihatinan mereka terhadap krisis air bersih. Yang melanda Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, akibat banjir rob yang kerap terjadi. Banjir rob yang terus menggenangi wilayah ini tidak hanya menimbulkan dampak lingkungan. Tetapi juga mempersulit akses warga terhadap air bersih. Lebih parah lagi, air minum yang harus di datangkan dari luar desa memiliki harga yang semakin tinggi. Kondisi inilah yang menginspirasi mereka untuk menciptakan alat pemurni air yang ramah lingkungan dan hemat energi.
“Alat ini kami rancang untuk membantu masyarakat di Desa Timbulsloko mendapatkan air bersih dengan lebih mudah dan murah.” Ujar Lukluil Mansyur Ramdani dalam presentasinya di Ternate, Maluku Utara, Jumat (06/09/2024).
SOLAROIT merupakan perpaduan dari tiga komponen teknologi utama. Yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), membran reverse osmosis (RO), dan sensor IoT. PLTS digunakan untuk menghasilkan energi listrik yang di perlukan untuk proses pemurnian air. Sehingga alat ini tidak memerlukan sumber daya listrik konvensional yang mahal. Teknologi membran RO berperan penting dalam menyaring air kotor dan menghasilkan air bersih yang sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sebagaimana di atur dalam Permenkes RI No. 02/Permenkes/11/2023.
Lebih lanjut, sensor IoT yang terintegrasi pada alat ini berfungsi untuk memantau kualitas air secara real-time. Dengan bantuan teknologi machine learning, alat ini mampu mendeteksi perubahan kualitas air dan secara otomatis. Menyesuaikan kinerja sistem agar air yang di hasilkan selalu aman untuk di konsumsi. Hal ini tidak hanya memberikan solusi terhadap krisis air bersih di wilayah terdampak banjir rob. Tetapi juga berpotensi meningkatkan kualitas hidup warga setempat dengan cara yang berkelanjutan.
Inovasi ini di harapkan dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat di Desa Timbulsloko dan daerah terdampak banjir rob lainnya. Selain menyediakan air bersih dengan biaya yang lebih murah. Teknologi SOLAROIT juga berkontribusi dalam menjaga kesehatan masyarakat dan mendukung kesejahteraan ekonomi lokal. Dengan alat ini, kebutuhan air bersih tidak lagi harus bergantung pada pasokan dari luar desa. Sehingga biaya hidup warga dapat di tekan.
“Kami berharap alat ini dapat di gunakan secara luas di wilayah-wilayah yang mengalami krisis air bersih. Terutama di daerah terdampak banjir rob seperti Timbulsloko,” tambah Dwi Tasya Areta.
Berangkat dari ide ini, Lukluil dan Dwi berhasil menjadi salah satu finalis dalam ajang Madrasah Young Researchers Supercamp (MYRES) 2024 yang di selenggarakan di Ternate, Maluku Utara. Karya mereka di pamerkan dalam Expo MYRES pada 5 September 2024. Bersama 35 tim peneliti muda lainnya dari berbagai madrasah di seluruh Indonesia.
Inovasi mereka mendapat perhatian luas dari para juri dan peserta pameran karena kemampuannya menjawab tantangan krisis air bersih dengan pendekatan teknologi ramah lingkungan. Prestasi ini sekaligus menjadi bukti bahwa siswa-siswi madrasah dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjawab isu-isu lingkungan global melalui riset dan inovasi teknologi.
Dengan potensi besar yang dimilikinya, inovasi SOLAROIT tidak hanya menjadi kebanggaan bagi MTsN 5 Demak, tetapi juga menjadi langkah awal yang menjanjikan dalam upaya menghadapi tantangan air bersih di Indonesia.
(Hendi/red)