JENDELAPUSPITA – Konflik Pulau Rempang telah menjadi sorotan dunia, menyadarkan kita akan kompleksitas permasalahan yang di hadapi bangsa ini. Di balik keindahan alamnya, Pulau Rempang menyimpan kisah perjuangan yang panjang dan menyayat hati. Pertarungan antara kepentingan ekonomi dan pelestarian budaya telah menjadi sorotan utama dalam konflik ini. Buku antologi puisi “Duka Tanah Pusaka” hadir sebagai sebuah refleksi mendalam terhadap situasi yang terjadi di Rempang. Melalui untaian kata-kata indah dan penuh makna, para penyair menyuarakan keprihatinan mereka terhadap nasib pulau yang kaya akan sejarah dan budaya ini. Karya-karya mereka menjadi cerminan dari beragam perspektif masyarakat yang terdampak langsung oleh konflik tersebut.
Tema-tema yang di angkat dalam buku ini sangat beragam. Mulai dari nostalgia terhadap masa lalu, kritik sosial terhadap kebijakan pemerintah, hingga harapan akan masa depan yang lebih baik. Para penyair dengan lihai menggunakan bahasa puisi untuk mengungkapkan emosi dan pikiran mereka, sehingga pembaca dapat merasakan secara langsung kepedihan dan kegelisahan yang mereka rasakan.
Konflik Rempang bukanlah sekadar persoalan lokal, melainkan juga cerminan dari permasalahan global yang lebih luas. Isu-isu seperti kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial, dan hilangnya identitas budaya menjadi sorotan utama dalam konflik ini. Melalui buku antologi puisi ini, kita diajak untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur yang selama ini kita junjung tinggi.
Buku ini bukan hanya sekadar kumpulan puisi, melainkan juga sebuah dokumen sejarah yang penting. Karya-karya yang terkumpul di dalamnya akan menjadi referensi bagi generasi mendatang untuk memahami kompleksitas konflik Rempang dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mencari solusi.
(Salman/red)