Kegiatan literasi dalam bentuk membaca buku bersama, kini menjadi sangat penting untuk dibiasakan di sekolah-sekolah. Hal ini memiliki banyak manfaat dan bisa menjadi strategi jitu dalam mengampanyekan kepada anak didik agar mereka memiliki hobi membaca buku. Hobi yang sepertinya mulai pudar seiring zaman dan juga tingginya intensitas kita terhadap ponsel pintar.

Pekembangan teknologi dan ponsel pintar bak pedang bermata dua. Di satu sisi ponsel pintar sangatlah bermanfaat dalam penyebaran informasi dan memiliki jangkauan yang luas dalam berinteraksi. Seakan dunia ada dalam genggaman. Jarak dan waktu bukan lagi kendala. Dalam ponsel pintar kini berhamburan ilmu-ilmu yang bergerak bak kilat dan dapat memperkaya wawasan kita tentang banyak hal.

Di sisi lain, ponsel pintar juga memiliki daya hipnotis luar biasa dalam melenakan, baik gen Z ataupun generasi lainnya. Dalam ponsel pintar, banyak sekali hiburan dan interaksi media sosial yang menyenangkan sehingga tanpa sadar telah menyerap energi dan waktu kita. Tak jarang ini pula yang menjadi kendala dalam mengampanyekan literasi saat berbagi ilmu pengetahuan melalui ponsel pintar, mengingat banyaknya tantangan distraksi.

Maka dari itu pentinglah kiranya kita membiasakan kembali anak didik untuk membaca buku lagi dalam menyerap ilmu pengetahuan dan juga memperkaya wawasan. Tentu buku-buku yang memiliki nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Buku yang bisa saja ditulis oleh Ibu dan Bapak gurunya. Buku-buku yang ditulis oleh gurunya sendiri dapat menanamkan kebanggaan anak didik pada gurunya. Sebab, mereka melihat contoh nyata dari gurunya untuk memiliki semangat dalam berliterasi.

Adalah benar kata pepatah ‘Guru kencing berdiri, murid kencing berlari’, hal ini menjadi satu petunjuk nyata bahwa apa-apa yang dilakukan oleh guru memang digugu dan ditiru. Yah, guru memang manusia biasa, tetapi mengabdikan diri untuk menjadi seorang guru artinya harus siap mendedikasikan diri untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa. Guru harus memiliki kesiapan dan komitmen untuk mengabdikan hidupnya dalam mengedukasi dan terus mendidik masyarakat. Hal ini juga berarti sebagai seorang guru, kita memang harus siap menjadi model bagi anak didik dan juga lingkungan masyarakatnya.

Seyogyanya, guru merupakan ujung tombak kecerdasan bangsa. Melalui tangan gurulah ilmu pengetahuan dan wawasan disebarkan, salah satunya dengan pendidikan yang intensif dan komprehensif di ruang sekolah. Jika kita ingin memiliki generasi yang cerdas dan kaya wawasan, maka mengkampanyekan literasi dan membudayakan hobi membaca ini perlu model nyata dari para guru. Para guru hendaknya memiliki wawasan literasi yang luas dan juga tekun dalam berkarya. Guru harus berkontribusi nyata dengan turut membuat karya tulis sebagai bahan bacaan yang edukatif untuk anak didiknya. Hal ini tentu akan banyak sekali manfaatnya, baik bagi guru dan juga anak didiknya dalam kampanye literasi.

Untuk itulah, Jendela Puspita berkomitmen bersama Tim Penulis Jendela Puspita yang didominasi oleh guru-guru di Indonesia ini untuk terus berkarya melahirkan bahan-bahan bacaan yang positif dan juga menarik. Jendela Puspita aktif mengadakan pelatihan-pelatihan menulis dan juga memberi ruang kepada para guru untuk menjadi model nyata bagi anak didik dalam berliterasi. Semoga dengan kehadiran Jendela Puspita bersama Tim Penulis Jendela Puspitanya, mampu berkontribusi secara nyata bagi kampanye literasi dalam rangka mencerdaskan masyarakat Indonesia. (Siska PD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *