JENDELAPUSPITA – Akademisi Universitas Indonesia, Rachma Fitriati dari Kluster Center for Innovative and Governance Social and Cultural Innovation, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Prof. Noer Azzam Achsani Dekan Sekolah Bisnis IPB dan Reni Lestari dari BRIN. Serta Gufron Albayroni mahasiswa Doktoral Sekolah Kajian Strategik Global UI, melakukan kunjungan Tridharma ke Tunisia, negara yang terletak paling utara di Benua Afrika. Dalam kunjungan ini, Rachma merasakan betapa bangganya menjadi orang Indonesia. Karena masyarakat Tunisia langsung mengenali lewat kopiah yang di kenalkan. Dan selalu menyapa dan memanggil mereka sebagai orang Indonesia yang terkenal sebagai sahabat tua dan rumah kedua bagi rakyat Tunisia.
Tunisia sendiri, yang memiliki sejarah panjang dalam peradaban Islam. Melihat Indonesia sebagai negara sahabat dengan nilai-nilai Islam yang kuat. Diplomasi kopiah yang di perkenalkan pertama kali oleh Presiden Soekarno saat menemui sahabat karib, Presiden Habib Bourguiba, Tunisia tahun 1960. Diplomasi kopiah ini di lanjutkan Dubes Zuhairi Misrawi, yang ternyata terbukti efektif untuk memperkenalkan Indonesia melalui simbol budaya yang mudah di terima oleh masyarakat Tunisia. Di mata rakyat Tunisia, kopiah menjadi ciri khas dan simbol warga Indonesia yang sangat ramah dan bersahaja bagi masyarakat Tunisia.
Keberhasilan diplomasi “soft power” ala Dubes RI Tunisia untuk memikat hati rakyat Tunisia sangat terasa. Saat di Sidi Bou Said, misalnya, sejumlah remaja putri Tunisia dengan penampilanya yang sangat fashionable, misalnya, langsung menyapa dengan hangat dan melambaikan tangannya berkali-kali pada rombongan Indonesia, sambil berkata: “Indonesia, Indonesia.”
Bahkan, ketika hendak berfoto di Café Des Delices di tempat yang terkenal dengan Santorini nya Tunisia, pemilik Café premium ini, meminta agar rombongan Indonesia berdoa secara khusus di Maqom Sidi Sabaan, pendiri Sidi Bou Said. Rachid menjelaskan: “Saya bangga Duta Besar RI untuk Tunisia adalah orang yang sangat baik, rendah hati dan religius. Beliau adalah wakil terbaik Indonesia di dunia. Saya merasa terhormat bertemu kalian, saudara dari Indonesia” tuturnya dengan dalam. “Semoga kelak, putriku bisa belajar kedokteran gigi bersamamu. Semoga kita selalu tetap dalam komunikasi. Karena saya sangat yakin bahwa putri saya akan berada di Indonesia dan bukan di negara di Eropa atau negara Barat lainnya,” tegas Rachid, Rabu (15/1/2025) lalu.
Di tempat yang lain, Masjid Zaitunah, Gufron Albayroni dan Noer Azzam setelah selesai menunaikan ibadah sholat di masjid tertua di Kota Zaitunah, langsung di datangi jamaah Tunisia, sambal menunjukkan hasil jepretan fotonya berselfi-ria denggan Dubes RI Zuhairi Misrawi, sambil berujar dengan bangga :” Safir, safir. Indonesia, Indonesia” yang artinya Duta Besar Indonesia. Jamaah Tunisia tersebut, melihat menghampiri keduanya karena ciri khas kopiah yang dikenakan keduanya yang beribadah di Masjid Zaitunah.
Terbukti, kopiah bukan hanya sekadar penutup kepala, tetapi juga melambangkan keislaman dan nasionalisme Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Dubes Zuhairi Misrawi telah secara jitu, menggunakan elemen budaya seperti kopiah, dalam interaksi diplomatiknya dengan negara-negara Islam, termasuk Tunisia. Diplomasi kopiah mencerminkan penggunaan diplomasi soft power, di mana Indonesia tidak hanya membangun tata kelola (governance) hubungan melalui aspek politik dan ekonomi tetapi juga melalui pendekatan pendidikan dan budaya sebagai simbol identitas yang dapat diterima masyarakat Tunisia. Pendekatan budaya seperti ini memperkuat citra positif Indonesia sebagai negara dengan identitas Islam yang moderat dan kuat dalam diplomasi internasional.
Gagasan brilyan Sekolah Diplomasi dari Dubes Zuhairi Misrawi alumni Universitas Al Azhar Kairo ini. Di harapkan dapat menangkap, mengumpulkan, menyebarluaskan serta berbagi pengetahuan (knowledge sharing) terbaik. Dari keberhasilan strategi jitu para diplomat Indonesia di panggung dunia. Gagasan ini membutuhkan langkah nyata Menteri Luar Negeri untuk segera merealisasikannya melalui kerjasama dengan berbagai pemangku kepetingan terutama. Program Studi Hubungan Internasional di berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Bukan sekedar omon-omon, di perlukan langkah nyata Menlu Sugiono.
Rachma mengatakan. “Sebagai akademisi, Saya melihat langsung bagaimana keberhasilan Dubes RI untuk Tunisia. Dalam meningkatkan hubungan diplomasi antar masyarakat atau people-to-people relations melalui lebih pertukaran budaya, akademik, dan bisnis.” “Gus Dubes Tunisia ini telah berhasil mengambil hati Rakyat Tunisia melalui pendekatan kultural setempat. Misalnya ritual ziarah ke Makam Muhammad Thahir bin ‘Asyur di Zallaj, Tunisia.
Bahkan Dubes RI untuk Tunisia ini yang fasih bebahasa Arab Tunisia, Inggris dan Perancis ini, rajin tampil di TV, Radio, Postcast, Media Sosial. Dan berbagai saluran media untuk memperkenal budaya Indonesia dengan menggunakan idiom-idiom kearifan lokal setempat.
Bukan hanya itu, dalam diplomasi pendidikan, Dubes Zuhairi Misrawi juga rajin hadir secara berkala. Pada sidang akhir mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil studi pascasarjana di Universitas Zaitunah. Menurut Prof. Dr. Abdullatif Bouazizi dan Dekan Fakultas Ushuludun Dr. Abdulkader Naffati dan Dr.Walid, saat ini, tak kurang terdapat 320 orang mahasiswa Indonesia bersekolah S1 sampai S3 di Universitas Zaitunah.
Dubes Zuhairi Misrawi secara rutin bertemu dan berdialog dengan mahasiswa Indonesia agar menjadi Duta Diplomasi Pendidikan dan Budaya di Tunisia. Sejumlah alumni dan mahasiswa pascasarjana asal Indonesia telah berhasil memiliki tempat tersendiri. Di hati Rektor, Dekan, pengajar dan mahasiswa Zaitunah lainnya. Mereka selalu rutin berdialog dan berkomunikasi dengan para pimpinen universitas dan organisasi mahasiswa setempat. Sebut saja, Basyir Arif mahasiswa LPDP dari UIN Syarif Hidayatullah, Ahmad Farhan, Ahya Jazuli, Ulung Partajaya, Fhalih Habib Zaberti, dan Nauval Sholahudin.
Dalam kunjungan ini, rombongan akademisi dari Indonesia ini, juga hadir pada pameran kopi Tunisia di Pusat Pameran El Kram. KBRI Tunis mengenalkan beberapa produk kopi, termasuk Kopi Luwak sebagai salah satu kopi termahal di dunia. “Indonesia mulai dikenal luas di Tunisia, diantaranya melalui diplomasi kopi,” pungkas Dubes Zuhairi Misrawi. Di stand pameran, Indonesia memperkenalkan langsung cita-rasa kopi Nusantara lewat kopi seduh yang dibagikan ke seluruh pengunjung. “Keikutsertaan Indonesia dalam pameran kopi tiga tahun terakhir, berbuah hasil, di mana Indonesia mulai ekspor kopi ke Tunisia.”
Duta Besar RI untuk Tunisia adalah contoh nyata, bagaimana memperkenalkan Indonesia ke panggung dunia, melalui pendekatan soft power. Memperkenalkan Indonesia, bukan hanya melalui aspek politik dan ekonomi, namun juga pendekatan pendidikan, budaya dan simbol identitas yang dapat diterima oleh negara mitra.
(Hendi)