JENDELAPUSPITA – SMP Nusantara Sorong dikenal sebagai salah satu sekolah berprestasi di Sorong. Meskipun hanya terdiri dari empat kelas, sekolah ini telah mencatatkan berbagai prestasi gemilang. Setiap kali ada olimpiade sains atau kegiatan serupa, selalu ada murid SMP Nusantara Sorong yang berpartisipasi, bahkan meraih juara. Arby Mamangsa, Kepala SMP Nusantara Sorong, sendiri terpilih untuk mewakili Indonesia di forum pendidikan Asia Tenggara pada tahun 2023. Namun, beberapa tahun sebelumnya, sekolah ini sempat dianggap sebagai “sekolah buangan” dengan citra buruk sebagai tempat anak-anak mabuk dan tempat “menampung” anak-anak putus sekolah dari sekolah lain.
“Saat pertama kali menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Nusantara, saya merasa terkejut dan prihatin dengan kondisi sekolah. Saya bertanya pada diri sendiri, apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah citra ‘sekolah buangan’ ini dan menjadikannya sekolah yang sejajar dengan yang lain di Sorong? Itu adalah tantangan besar bagi saya,” ujar Arby, Kamis (21/3/2024).
Perubahan dimulai pada tahun 2018 ketika Arby, selain menjadi kepala sekolah, juga terlibat dalam Gerakan Pramuka. Saat mengikuti pelatihan di Jawa Barat, ia mendapat inspirasi untuk menerapkan digitalisasi dan pembelajaran daring di sekolahnya.
Upaya tersebut mulai membuahkan hasil terutama saat pandemi melanda. Meskipun belum sepenuhnya berkembang, SMP Nusantara menjadi satu-satunya sekolah di Sorong yang siap melaksanakan ujian akhir secara daring berkat inisiatif digitalisasi pembelajaran yang dicanangkan oleh Arby dua tahun sebelumnya.
Berkat upayanya, SMP Nusantara berhasil menjadi Sekolah Penggerak dan terpilih sebagai angkatan pertama Program Sekolah Penggerak. Arby yakin bahwa perubahan harus dimulai dari perbaikan pola pikir guru, dan Kurikulum Merdeka membantu mewujudkannya. Ia berhasil mengubah citra “sekolah buangan” menjadi “sekolah pilihan” bagi masyarakat sekitar.
“Kurikulum Merdeka sungguh luar biasa, kami mulai melihat keunikan masing-masing siswa. Saya selalu katakan kepada teman-teman, tidak ada siswa yang bodoh. Jadi, jika ada yang harus berubah, itu adalah kita sebagai guru, perlu berubah paradigma, konsep, dan cara mengajar. Itu adalah hal yang paling sulit,” ungkap Arby.
Menurut Arby, tanpa mengubah pola pikir guru terhadap pendidikan, fasilitas dan anggaran yang memadai tidak akan memberikan dampak signifikan. Dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, Arby dan guru-guru di sekolahnya mengadopsi inisiatif unik, seperti penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Berbeda dengan P5 di sekolah lain, di SMP Nusantara, P5 tidak hanya berkaitan dengan keterampilan praktis, tetapi juga tentang memberdayakan siswa dalam memecahkan masalah nyata yang dihadapi oleh masyarakat sekitar.
“P5 merupakan esensi dari Kurikulum Merdeka bagi kami. Melalui P5, siswa kami terlibat dalam pemecahan masalah di masyarakat sekitar, seperti pembuatan filter air bersih yang berhasil mengubah budaya masyarakat sekitar dan menyadarkan akan pentingnya penggunaan air bersih,” ujar Arby dengan bangga.
Namun, Arby menekankan bahwa yang terpenting bukanlah hasil akhir dari P5, melainkan prosesnya. Menurutnya, siswa harus mengalami perubahan melalui nilai-nilai yang diterapkan dalam proyek yang mereka jalankan dan memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
Perubahan pola pikir guru juga berdampak besar pada perilaku dan prestasi murid di SMP Nusantara. Arby mengisahkan tentang transformasi seorang murid yang awalnya dianggap sangat nakal dan sulit untuk dibimbing. Meskipun awalnya guru-guru mengalami kesulitan, mereka mencari tahu keunikan dan gaya belajar yang sesuai dengan anak tersebut. Dengan pendekatan yang tepat, murid tersebut mulai merasa nyaman di sekolah dan menemukan cara belajar yang cocok baginya.
“Anak yang awalnya dianggap sudah kehilangan harapan ternyata mampu tumbuh dengan luar biasa. Setiap tahun, tim olimpiade kami selalu meraih juara, dan di tim tersebut ada anak itu. Seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak ada anak yang bodoh; guru perlu menemukan keunikan setiap anak,” lanjut Arby.
Arby juga melibatkan orang tua murid dalam upaya membangun SMP Nusantara. Ivone, salah satu orang tua murid, mengakui bahwa sejak diterapkannya Kurikulum Merdeka, ia melihat perkembangan yang signifikan pada anaknya, baik dari segi akademik maupun non-akademik.
“Kepala Sekolah sering meminta saya memberikan motivasi kepada anak-anak. Saya senang dengan keterlibatan orang tua di SMP Nusantara, karena saya dapat melihat perubahan positif pada anak saya sejak itu. Saya sangat berterima kasih pada Kurikulum Merdeka, karena telah memberikan perubahan besar bagi anak-anak kami,” ujar Ivone.
Arby merasa bahwa keberhasilannya mengubah citra buruk “sekolah buangan” di SMP Nusantara berkat Kurikulum Merdeka tidak terlepas dari bantuan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“PMM telah menjadi teman setia kami dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Ketika sumber daya terbatas, PMM memberikan solusi bagi kami. Kami mendorong semua guru untuk menggunakan PMM,” jelas Arby.
Fitur di PMM yang dirasa sangat membantu dalam implementasi Kurikulum Merdeka bagi Arby dan guru-guru SMP Nusantara adalah Pelatihan Mandiri, karena banyak topik yang dapat dipelajari untuk peningkatan kompetensi. “Perubahan paradigma guru juga terasa saat kami menggunakan Pelatihan Mandiri, karena kami tidak lagi mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat. Ikut pelatihan di PMM sudah pasti dapat sertifikat, jadi kami tidak mengejar itu, kami mengejar kompetensinya,” kata Arby.
Selain itu, ia pun merasa fitur Ide Praktik juga membantu dalam pembelajaran di SMP Nusantara. “Kami rajin nge-vlog, makanya kami suka berbagi. Namun, kalau ditanya apa fitur yang paling menolong, semua fitur di PMM sangat menolong kami, mungkin bisa diuji, sekolah kami yang paling banyak menggunakan akun Belajar.id,” candanya.
Bukan hanya rajin menggunakan, Arby pun sering mempromosikan aplikasi PMM, salah satunya di pameran pembangunan dari Dinas Pendidikan Sorong. “Setiap guru yang datang ke stan kami, kami ajak untuk mengunduh PMM, kami bantu untuk mengunduhnya. Bahkan, jika mereka yang datang sudah punya aplikasi PMM, kami beri kupon untuk hadiah lawang. Mengapa kami sangat mendorong mereka mengunduh PMM? Ya, karena tadi, kami sudah merasakan manfaatnya yang luar biasa,” tutup Arby. (Hendi/red)