Gempuran informasi di media sosial, media online, media elektronik perlu disikapi dengan baik. Informasi yang benar tentang kusta harus terus menerus disebarluaskan melalui media demi mengatasi hoaks, mitos dan stigma seputar kusta. Media, pers mahasiswa, jurnalis warga dapat memainkan peran penanggulangan kusta di Indonesia yang masih berperingkat ketiga dunia untuk jumlah kasus kusta setelah India dan Brazil.
Hal ini mengemuka dalam kegiatan media gathering yang diselenggaraka NLR Indonesia, bersama radio KBR, dengan topik “Kusta dalam berita”. Media gathering ini dilakukan secara daring pada Selasa, 15 November 2022 pukul 14.00-16.00 WIB.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini, Anselmus Bata, Wakil pemimpin redaksi beritasatu.com dan Uswatun Khasanah, Project Assistant Inclussion and Disability, NLR Indonesia.
Dalam sambutan pembukaannya Paulan Aji Brata, Communicatons Officer, NLR Indonesia menyampaikan pentingnya keberadaan media sebagai penyalur informasi yang valid. “Media diharapkan mampu menuangkan informasi kusta yang valid dan inklusif dengan kaidah jurnalistik tanpa mengesampingkan risiko terjadinya stigma dan diskirimasi pada kusta yang berujung pada masalah kesejahteraan emosional, psikologis hingga social. Kusta dalam berita yang valid, juga dapat membantu mengedukasi masyarakat sehingga cita-cita Bersama untuk eliminasi kusta di Indonesia dapat terwujud” tutur Paulan.
Anselmus Bata menambahkan dalam menulis berita Kesehatan, perlu memperhatian istilah-istilah yang ada dalam issue kesehatan, dan mampu mengemas berita dengan penjelasan yang sederhana dan mudah dimengerti masyarakat. Selain itu, ia mengimbau rekan-rekan media yang hadir untuk memberitakan kusta dari perspektif positif. Tidak menakut-nakuti dan membuat OYPMK (orang yang pernah mengalami kusta) dapat terstigma. Pemberitaan kusta dari sisi positif dapat dijadikan acuan. Melalui forum-forum ini, kita dapat menyebarkan dan bisa mengedepankan pemberitaan kusta melalui jurnalisme positif. Bagaimana menumbuhkan empati hingga berita-berita kusta dapat terakumulasi menjadi pemberitaan yang mendidik dan mengikis stigma di masyarakat.
Uswatun Khasanah, dalam paparannya mengimbau beberapa perubahan terminologi yang perlu diperhatikan dalam pemberitaan. Seperti, kata cacat dirubah menjadi disabilitas, penderita kusta menjadi pasien kusta dan ex kusta menjadi OYPMK (orang yang pernah mengalami kusta).
Kegiatan Media Gathering ini disiarkan pula melalui Youtube oleh Radio Jaringan KBR dan media sosial NLR Indonesia sehingga memberi kesempatan sebanyak mungkin peserta untuk terlibat.
Dalam acara ini dibahas hal seputar kusta dalam perspektif sosial, dan peran media dalam pemberitaan, juga sejauh mana media awareness terkait isu kusta, serta pengalaman konkrit pemberitaan terkait kusta yang dilakukan individu maupun organisasi.
Workshop media gathering ini diikuti oleh lebih dari 50 media melalui zoom meeting dan siaran live youtube KBR dan NLR Indonesia. Diharapkan media dapat berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan informasi yang benar seputar kusta dan mampu menyuarakan atau memberitakan informasi yang benar, efektif, menarik dan inklusif sehingga masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial dan budaya tidak hanya menjadi paham, tetapi juga termotivasi untuk terlibat aktif dalam penanganan kusta di Indonesia.
Kegiatan Media Gathering ini merupakan rangkaian proyek SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas dari Kusta) yang diinisiasi NLR Indonesia sejak 2021 untuk mengedukasi publik secara kontinyu tentang kusta dan konsekuensinya. Proyek ini menggandeng media, komunitas blogger, universitas, sektor swasta, organisasi profesi dan organisasi penyandang disabilitas.