Jakarta, Mikroplastik saat ini menjadi isu yang meresahkan lantaran dampaknya yang mengancam kesehatan dan alam yang begitu dekat dengan keseharian manusia. Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan (PRKOM) BPOM Indonesia mengungkapkan, cemaran mikroplastik kini telah ditemukan pada ikan dan air baku yang digunakan untuk air minum. Akibatnya, partikel tak kasat mata dengan ukuran 5 mm-1 µm ini bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia.
Menilik pada hasil temuan Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) pada Januari-Maret 2021, setidaknya tiga sungai besar di Pulau Jawa, yaitu Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Citarum, diidentifikasi terkontaminasi mikroplastik.
Lebih jauh, temuan Ecoton ini membuktikan bahwa ikan yang berhabitat di ketiga sungai tersebut teruji positif mikroplastik. Keadaan ini tentu menimbulkan kecemasan lantaran ikan merupakan sumber protein yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Meminum air dan memakan ikan yang tercemar mikroplastik akan menjadi gerbang masuk bagi si ‘Monster Mikro’ ke dalam tubuh.
Meski WHO menerangkan bahwa mikroplastik dengan ukuran lebih dari 150 mikrometer bisa diekskresi sistem pencernaan dan urin, nyatanya manusia saat ini tidak dapat menghindari paparan mikroplastik di kehidupan sehari-hari. Untuk menghambat cemarannya di alam, berikut 5 langkah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi mikroplastik.
- Tolak Gunakan Kantong Plastik saat Berbelanja
Saat ini pemerintah memang sudah melarang penggunaan kantong plastik di pusat perbelanjaan, pasar rakyat, dan toko swalayan. Namun, tak jarang ketika berbelanja di kelontong kita masih ditawarkan kantong plastik sebagai wadah. Jika menjumpai momen serupa, kita bisa mengantisipasi dengan membawa kantong belanja sendiri. Untuk mengemas bahan-bahan dapur seperti cabai, bawang, ataupun daun seledri, kita juga bisa menggunakan kertas ataupun koran.
- Lakukan Pemilahan Sampah
Langkah mudah lain yang bisa kita tempuh ialah dengan melakukan penyortiran sampah rumah tangga. Sampah dikategorikan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik yaitu sisa-sisa makan sedangkan sampah anorganik berbahan plastik, kertas, elektronik, kaleng, dan beling. Kegiatan ini juga tentu akan memudahkan petugas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk melakukan pemilahan sampah yang dapat didaur ulang.
- Salurkan Sampah Plastik Jenis PET ke Bank Sampah
Plastik PET atau Polyethylene Terephthalate merupakan jenis plastik paling lumrah untuk didaur ulang. Untuk mengidentifikasi, pada bagian bawah biasanya tercantum tulisan PET dengan kode angka 1. Selain mudah didaur ulang, jenis plastik PET bisa dikonversi menjadi produk turunan yang beragam dan bernilai ekonomi relatif tinggi. Masyarakat kini juga bisa mengumpulkan plastik PET bekas konsumsi rumah tangga untuk kemudian disalurkan secara mandiri ke bank sampah yang berupa vending machine. Setelah botol PET dimasukkan, pelanggan akan mendapatkan reward ataupun poin yang dapat diuangkan.
- Hindari Pembuangan Limbah Rumah Tangga Langsung ke Sungai
Tumpukan sampah plastik di sungai merupakan salah satu faktor dominan terjadinya pencemaran sumber air. Sampah berbahan plastik yang mengambang dan terdegradasi akhirnya akan menjadi awal dari mikroplastik. Dalam regulasi baku mutu mikroplastik, Ecoton juga turut mendesak pemerintah untuk membuat regulasi mengenai larangan rumah tangga membuang limbah atau sampah langsung ke sungai.
- Kurangi Penggunaan Wadah Minuman Plastik Sekali Pakai
Penggunaan wadah minuman plastik sekali pakai tak lain merupakan cikal bakal mikroplastik. Penggunaannya yang berlebihan dan rendahnya kesadaran masyarakat mengenai bahaya laten jangka panjang menjadikan alasan mengapa masalah ini masih sulit untuk diatasi. Untuk meminimalisir penggunaan wadah minuman plastik sekali pakai, masyarakat bisa mulai merubah gaya hidup dengan menggunakan wadah minuman guna isi ulang atau tumbler guna mengurangi penggunaan wadah minum plastik sekali pakai. (Hendi/red)