JENDELAPUSPITA – Imam Pesuwaryantoro, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunitas Universitas Terbuka (UT) Jakarta. Berhasil terpilih sebagai salah satu dari 50 delegasi terbaik dalam Global Youth Congress 2024 yang akan berlangsung di Bangkok, Thailand. Imam berhasil lolos dari seleksi ketat yang melibatkan lebih dari 1.000 pendaftar dari berbagai negara.
Imam menyampaikan rasa syukur dan kegembiraannya atas pencapaian ini. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para mentor, dosen pembimbing, dan Guru Besar Universitas Terbuka, Prof. Dr. Mohammad Imam Farisi, M.Pd., atas bimbingan yang telah di berikan selama ini.
Global Youth Congress 2024, yang akan di selenggarakan pada 24-26 Oktober 2024. Memiliki fokus utama pada kolaborasi dan pertukaran budaya, penciptaan role model pemimpin masa depan. Pengembangan mindset SDGs (Sustainable Development Goals), dan pembentukan para ChangeMakers dunia. Acara ini akan di ikuti oleh lebih dari 50 delegasi internasional dari negara-negara ASEAN, Asia, Eropa, Amerika, dan Afrika.
Salah satu momen puncak dari acara ini adalah pemberian World Leaders & ChangeMakers Ambassador Awards 2024.kepada 50 delegasi terpilih. Penghargaan ini di berikan sebagai pengakuan atas kontribusi mereka dalam menciptakan perubahan positif di dunia.
Imam Pesuwaryantoro sendiri telah menciptakan inovasi Eco-Urban Farming dari pengolahan sampah food waste rumah tangga. Dengan optimalisasi metodologi S-ROI berbasis matriks ESG (Environmental, Social, Governance). Inovasi ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi. Yang setiap harinya menerima lebih dari 10.000 ton sampah dari DKI Jakarta, sesuai data Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK RI, 30 Agustus 2024).
Dalam inovasinya, Imam menerapkan metodologi S-ROI (Social Return on Investment) dengan pendekatan integrasi media agregator. Pengembangan komunitas, dan kampanye melalui Key Opinion Leader (KOL). Sebagai contoh, jika sebuah korporasi menginvestasikan Rp 200.000.000 per tahun untuk program CSR dalam pengelolaan sampah plastik menjadi BBM atau suvenir dari plastik daur ulang. Maka biaya investasi tersebut harus sejalan dengan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang di hasilkan.
Studi kasus pengukuran dampak S-ROI, seperti pada kegiatan pengelolaan sampah plastik menjadi BBM atau suvenir. Harus di lihat secara menyeluruh dari hulu ke hilir. Dalam hal ini, perlu melibatkan offtaker atau mitra daur ulang sebagai bagian dari pengembangan komunitas dan agensi kreatif untuk menyosialisasikan kampanye program tersebut. Dengan menggandeng KOL dan memanfaatkan publikasi media massa, di harapkan akan tercipta nilai PR dan persepsi publik yang positif.
“Harapannya, investasi program CSR/ESG yang di keluarkan oleh korporasi tidak hanya menghasilkan dampak kecil. Tetapi dapat di-scale-up secara mandiri dan berkelanjutan tanpa bergantung pada subsidi dari perusahaan,” terang Imam Pesuwaryantoro, mahasiswa UT Jakarta.
(Hendi/red)