Melampaui Khayalan Erma Rohimah

JENDELAPUSPITA – Sore hari di akhir pekan bulan Januari setelah sepuluh hari pemuatan tulisannya di Halaman Sebelas Garut, Sari menyampaikan kekesalannya pada Saeful bahwa tulisannya bukan termasuk karya sastra. Mendengar hal itu, Saeful melongo tidak percaya.

Saeful pun berpendapat kepada Sari bahwa tulisannya sudah termasuk karya sastra, seperti yang di gaungkan oleh Muhammad Qadhafi, penulis novel Lelaki dan Ilusi. Sari menggebrak meja dan bertanya, ”Loh, kok bisa?” Saeful terdiam beribu bahasa.

“Katanya kamu menyukai karya-karya Chairil, tapi sikapmu aja tidak menggali kata sampai ke putih tulang, kok, nggak kritis. Kita ini sedang membahas esai, lho, bukan cerpen atau cerita.”

Malam harinya, Saeful terjaga dari tidurnya, merenungi setiap ucapan Sari tentang apa dan seperti apa esai sebelum terlelap di alam mimpinya.

Lalu, keesokan harinya, ia hendak berkunjung ke kontrakan karena hendak bertanya. Tapi, tak berani mengganggu dan Saeful tidak mau menyia-nyiakan waktu dan bergegas menuju rak buku.

Ketika membaca halaman 44 Bilang Begini Maksudnya Begitu, Saeful buru-buru menutup dan mengembalikan sebab terhenyak melihat kumpulan-kumpulan esai dengan judul yang menyentuh, Sastra yang Malas.

Ketika membukanya Saeful terbelalak mendapati satu judul esai yang sangat mengharukan “Esai yang Kesepian”. Lalu, ia membuka halaman 125 dengan segera dan tersentuh membacanya.

“Esai sebenarnya hampir sama dengan cerita pendek. Ada yang mengatakan bahwa perbedaan esai dan Cerpen ialah esai adalah non-fiksi (sesuatu yang benar terjadi) dan Cerpen adalah fiksi (khayalan) sama penulis.”

Satu hal Saeful garis bawahi adalah bahwa esai hampir sama dengan cerpen. Sebab, dengannya Saeful memiliki referensi sebagai landasan untuk mengatakan pada Sari, bahwa seperti yang pernah di katakan Muhammad Qadhafi, esai termasuk karya sastra.

Hanya saja yang satu berisi khayal, sedang yang lainnya berisi fakta. Meski begitu, Saeful merasa keberatan jika kemudian Sastra di identikkan dengan khayalan. Sebab, sastra fakta yang berangkat dari khayal, tapi berurusan dengan imajinasi.

Bagi Saeful, khayalan adalah segala yang tidak nyata. Seperti ketika ia berharap Sari ada di dekatnya, saat ini dan memberinya taman bunga. Padahal kenyataannya, membalas pesan WhatsApp nya saja Sari tidak sudi.

Melampaui Khayalan Erma Rohimah

Erma Rohimah, asli Garut Jawa barat. Pengurus Aisyiyah Garut dan mengajar di SMAQU Pondok Pesantren Al-Yumna Garut, pendidikan Sarjana Farmasi yang menyukai dunia Literasi. Pernah beberapa kali mengikuti event Nubar Puisi, cerpen dan Quotes. Kontributor majalah Suara Aisyiyah dan mengikuti komunitas Literasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *