JENDELAPUSPITA – Ketika kita ingin menulis atau membuat sebuah cerpen, maka hal yang pertama kali dipikirkan adalah ide cerita. Ide cerita tersebut dapat berupa siapa tokoh yang ingin ditulis, apa latar belakangnya, atau bagaimana jalan ceritanya. Pada jalan cerita inilah kita harus sudah memikirkan konflik yang akan digunakan dalam cerpen.
Konflik sendiri merupakan ruh cerita. Tanpa konflik, cerita tentu menjadi tidak bernyawa. Diibaratkan memakan sayur, akan terasa hambar jika tidak memakai penyedap rasa. Menurut KBBI sendiri, konflik dapat diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Bisa pula diartikan ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama.
Apa Itu Konflik?
Konflik ini seringkali dikaitkan dengan masalah. Masalah yang kita tahu maknanya kurang lebih kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Maka, kita bisa menarik kesimpulan bahwa di dalam konflik atau masalah terdapat dua kubu yang berdiri dan saling bertentangan.
Sebagai seorang penulis, kita akan membenturkan dua kubu tersebut sehingga terjadi benturan, pertentangan, percekcokan antara keduanya. Benturan ini akan kita runcingkan. Semakin runcing, semakin panas, maka akan semakin menghasilkan gejolak emosi yang dirasakan pembaca.
Rasa ini bisa kita racik sedemikian rupa melalui peristiwa yang ada di dalam cerpen atau pilihan kata kita. Sehingga, bisa membangun emosi pembaca. Lalu, emosi pembaca yang sudah terbangun saat membaca karya kita, pikiran mereka yang sudah tergugah oleh kata-kata kita, akan membuat pembaca merasa terkesan.
Sifat-sifat Konflik
Konflik juga memiliki sifat dan jenis-jenisnya. Sifat konflik dalam cerita terbagi menjadi dua, yaitu konflik internal dan konflik eksternal
1. Konflik Internal atau Konflik Kejiwaan
Konflik terjadi dalam hati dan pikiran sang tokoh. Contohnya adalah pada film Si Doel Anak Sekolahan, konflik yang terjadi di sana adalah adanya pertentangan dalam diri Doel dalam memilih antara Sarah dengan Zaenab.
2. Konflik Eksternal
Konflik yang terjadi di luar diri tokoh. Masalah yang dihadapi bisa bertentangan dengan sahabat, keluarga, pandangan masyarakat, dan lain sebagainya.
Berdasarkan sifat konflik di atas, apakah boleh memasukkan keduanya dalam satu cerpen? Atau, hanya boleh memilih salah satu sifat konflik? Jawabannya tidak juga, kita tidak perlu memilih apakah kita hanya menulis konflik internal atau eksternal. Kita bisa memilih keduanya, semua itu dibebaskan kepada penulis dan pengarang.
Umumnya, banyak sekali cerita yang menggabungkan keduanya sekaligus. Hal tersebut benar-benar diserahkan kepada penulis. Namun, hal yang paling penting adalah bagaimana kedua konflik yang digabungkan dapat diolah dengan sangat keras dan tajam sehingga menjadi cerpen yang menarik.
Jenis-jenis Konflik
Selanjutnya, jenis-jenis konflik. Ada 6 jenis konflik, yaitu:
1. Konflik individu dengan dirinya sendiri
Pada konflik ini, ada satu peristiwa yang memaksa tokoh untuk memilih pilihan-pilihan dan memutuskan sesuatu. Kondisi tersebut membuat si tokoh mengalami pertentangan batin perihal baik dan buruk sebuah pilihannya.
2. Konflik individu dengan individu lainnya
Konflik ini paling umum terjadi pada cerpen, juga pada dunia pertelevisian atau cerita fiksi. Biasanya, konflik dimunculkan melalui dialog atau adegan fisik. Jika konflik ini diolah dengan tidak kreatif, maka cenderung membosankan. Namun, sebaliknya tentu bisa menjadi cerita yang menarik.
3. Konflik individu dengan sekumpulan orang
Konflik ini seru sekali jika penulis dapat membenturkan mereka. Situasi ini sangat mungkin untuk memainkan emosi pembaca karena perseteruan dengan banyak orang akan muncul muatan tegangan. Di mana ada suasana mencekam antara individu dengan kerumunan manusia, yang keduanya memiliki pandangan berbeda dalam menghadapi masalah.
4. Konflik individu dengan alam
Konflik tidak melulu antara manusia dengan manusia. Bisa juga manusia dengan hewan, bencana, wabah penyakit, dan lain-lain. Misalkan cerita dengan wabah penyakit yang membuat semua orang terkena dampaknya. Sehingga membuat tokoh harus berjuang melawan keadaan.
5. Konflik individu dengan supranatural
Cerita seperti sajian hantu atau horor, ternyata masih banyak segmen pasarnya. Karena memang sesuatu yang tidak bisa kita lihat justru memunculkan rasa penasaran para pembaca.
6. Konflik individu dengan teknologi
Saat ini kemajuan teknologi begitu pesat, penemuan seperti ilmu kedokteran, ilmu biologi terus ditemukan. Ini bisa menjadi sebuah konflik yang menarik. Hal yang paling utama juga, setelah tahu dan memiliki konflik, jangan lupa untuk mengasah dan menghidupkan konflik tersebut.