Ternyata, menulis biodata berhubungan erat dengan tenggang rasa. Apalagi kalau menuliskannya di sebuah buku yang dibuat bersama-sama dengan orang lain. Banyak hal yang harus kita perhatikan.
Jadi, menulliskan biodata di sebuah buku antologi itu tidak bisa sembarangan. Walaupun tidak ada standardisasi tentang aturan dan etikanya, namun tetap harus kita perhatikan.
Banyak sekali yang tidak memahami dan rata-rata beranggapan bahwa menuliskan biodata di buku antologi itu harus panjang. Semakin panjang biodata, maka semakin keren pula orang tersebut. Alih-alih menjadi keren, yang ada malahan jadi aneh dan sedikit terlihat karakter si penulis.
Karakter? Ya, dalam menulis buku antologi bersama orang lain, tentunya kita harus bisa membuat sebuah harmonisasi. Menciptakan keseimbangan. Tak ubahnya sebuah paduan suara, baiknya semua suara terbagi rata sehingga perpaduan suara yang dihasilkan menjadi indah. Begitu pula dengan sebuah biodata.
Dalam sebuah antologi bersama penulis lain, sebaiknya jangan terlalu menonjolkan diri secara berlebihan sehingga terkesan keakuan. Apalagi kalau teman antologi kita kebanyakan penulis pemula, jangan sampai karena takut dibandingkan, kemudian yang lain menjadi rendah diri hingga akhirnya tidak mau lagi menulis. Seandainya menjadi motivasi bagi yang lain untuk sama dapat berkarya, sih, boleh saja, tetapi bukan seperti itu caranya.
Perlu diingat bahwa menulis biodata itu beda dengan menulis CV (Curriculum Vitaae), atau bahkan biografi. Tidak usah merasa belum afdal seandainya kita tidak menulis biodata secara panjang. Menulis biodata cukup ditulis dengan singkat, tetapi mampu mendeskripsikan siapa kita dengan baik.
Perlu diingat pula bahwa sebuah buku itu jumlah halamannya sangat terbatas, sehingga dari pihak penerbit selalu menyodorkan ketentuan penulisan maksimal yang harus dikerjakan. Hal tersebut tentunya sudah termasuk di dalam tata cara penulisan bionarasi.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan.

  1. Sebutkan nama lengkap (boleh juga nama pena kalau mau), tempat dan tanggal lahir bila tidak keberatan. Tidak lupa lengkapi pula dengan latar belakang pendidikan kita yang paling akhir (tidak perlu ditulis dari TK, SD, SMP, SMA-nya, cukup pendidikan terakhir saja).
  2. Apabila tulisan Anda pernah dimuat di media massa dan dianggap dapat menaikkan prestise. Sebutkan saja tiga nama media yang dianggap paling mewakili. Jadi tidak usah semua disebutkan. Kita tidak sedang promosi media massa. Jangan lupa tulis nama media tersebut dengan huruf miring, sedangkan untuk judul tulisan, ditulis di antara tanda kutip.
  3. Kalau pernah menuliskan buku tunggal, ketika menuliskan judul, sebaiknya hanya tiga judul terakhir, kalau hendak memberi tahu sudah berapa buku yang dihasilkan, baru tulis angkanya saja. Bisa pula menyebutkan buku pertama dan terakhir saja. Hindari menuliskan semua judul buku antologi bersama, apalagi sudah banyak. Lebih baik tuliskan dalam satu kalimat saja, tapi memuat itu (contoh: Penulis sudah menghasilkan 30 buku antologi cerpen bersama para penulis se-Indonesia).
  4. Sebaiknya nama-nama keluarga dihindari (suami/istri, anak), kecuali ada yang relevan.
  5. Kalau Anda memiliki prestasi, silakan tuliskan sebagai pemicu pembaca. Apabila banyak, bisa memberi link ke profil, atau cukup tiga buah prestasi terakhir.
    Dengan memerhatikan hal-hal di atas, kita juga sudah belajar bersikap tenggang rasa dengan mengimbangi penulis yang lain. Berbagilah dengan banyak orang. Selamat menulis, semangat menulis. (Erni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *