JENDELAPUSPITA – Pangeran Sambernyawa dilahirkan di Kartasura, 7 April 1725 dengan nama Raden Mas Said. Ayahnya bernama Kanjeng Pangeran Arya Mangkunagara dan ibunya bernama Raden Ayu Wulan. Gubernur Jawa, Baron van Hohendorff pun memuji kehebatan strategi perang Raden Mas Said dengan menjulukinya dengan Pangeran Sambernyawa.
Sang Penyebar Kematian
Raden Mas Said di juluki Pangeran Sambernyara karena di mata musuh-musuhnya, ia adalah penyebar kematian. Sambernyawa sendiri adalah nama pedang yang dipakainya untuk bertempur dan sekarang menjadi pedang pusaka Mangkunegaran yang sakti dan tajam. Kepahlawanan Raden Mas Said telah terbukti selama lebih 16 tahun memimpin perang melawan Belanda.
Pada 1742, dalam peristiwa Geger Pecinan. Raden Mas Said turut membantu orang-orang Tionghoa di Jawa Tengah melawan VOC, Raden Mas Said bersekutu dengan Pangeran Mangkubumi melawan VOC dan Pakubuwono II pada 1747. Raden Mas Said juga mengakui Pangeran Mangkubumi sebagai penguasa Mataram yang baru di Yogyakarta, kelak bergelar Hamengku Buwono I.
Pada 1757, Raden Mas Said menyepakati Perjanjian Salatiga dan memimpin Kadipaten Mangkunegaran di Surakarta, dengan gelar Mangkunegara I.
Semboyan Tiji Tibeh
Semasa berperang, semboyannya adalah Tiji Tibeh. Tiji Tibeh merupakan akronim dari mati siji mati kabeh-mukti siji mukti kabeh, artinya mati satu mati semua, makmur satu makmur semua. Pangeran Sambernyawa telah menjalankan strategi perang gerilya.
Ilmu perang Pangeran Sambernyawa itu adalah dhedemitan, weweludhan, dan jejemblungan. Dhedhemitan berasal dari akar kata dhemit yakni mahluk halus yang susah di raba, weweludan berasal dari akar kata welud artinya belut yang sangat licin untuk ditangkap sedangkan jejemblungan berasal dari kata jemblung artinya orang gila tidak punya rasa takut.
Perjanjian Salatiga
Perjanjian Salatiga menandai berdirinya Mangkunegaran pada 17 Maret 1757, menjadi dasar bagi berdirinya Mangkunegaran. Raden Mas Said selanjutnya bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, lengkapnya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara Senopati Ing Ayudha Sudibyaningprang.
Suprihationo Sardi, domisili di Semarang. Guru SMAN 5 Semarang. Telah menerbitkan ada 25 buku antologi dan buku solo, di antaranya adalah buku Cerita Binatang, Kumpulan Cerita Binatang untuk Penguatan Karakter Anak (Elex Kidz, 2022). Cerita Rakyat Nusantara (Jendela Puspita, 2022).