Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang cukup besar. Selain itu, kemajuan teknologi sekarang memungkinkan siswa untuk belajar sepenuhnya secara daring, sambil tetap bersosialisasi dengan teman sekelas, menonton pembelajaran, atau berpartisipasi dalam diskusi mata pelajaran tertentu.

Salah satu manfaat utama dari memanfaatkan sumber daya yang sepenuhnya di-hosting secara online adalah fleksibilitas tanpa akhir. Namun, perlu di pertanyakan kenapa pembelajaran online tidak efektif seperti pertemuan tatap muka, jika dilihat bahwa pembelajaran online ini sangat trend di masa depan?

Proses pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Sehingga kita memiliki keleluasaan waktu belajar kapan pun dan di mana pun. Dalam dunia pendidikan, guru dan siswa dapat berinteraksi dengan menggunakan beberapa aplikasi,, di antaranya Classroom, Zoom, maupun melalui Whatsapp.

Menurut Dr. Dirgantara Wicoksono, C.H., Cht., S.Pd., M.Pd., M.M., pembelajaran ini merupakan inovasi pendidikan untuk menjawab tantangan akan ketersediaan sumber belajar yang variatif. Namun, bisa di pahami bahwa keberhasilan dari suatu model ataupun media pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didiknya.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa belajar daring dapat memberikan berbagai manfaat karena lewat media pembelajaran anak bisa mengadaptasikan diri tanpa harus melakukan kontak langsung dengan guru maupun teman-temannya.

Di waktu awal, anak memang membutuhkan bantuan orang tua untuk bisa menjalankan kegiatan belajar mengajar ini. Seiring waktu, anak akan belajar lebih mandiri hingga akhirnya terbiasa.

Selain merangsang anak untuk belajar secara mandiri, kegiatan belajar di rumah yang dilakukan secara daring mengharuskan mereka untuk bisa mengoperasikan media elektronik, seperti ponsel, laptop, atau komputer. Tentu hal ini bisa menjadi peluang bagi anak untuk mengeksplorasi keterampilannya dalam menggunakan perangkat elektronik tersebut.

Namun pada kenyataanya, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Paristiyanti Nurwardani menyampaikan bahwa pembelajaran daring tidak memungkinkan untuk siswa yang tinggal di daerah 3T. Mereka akan terkendala dengan akses internet terbatas dan kebanyakan tidak memiliki gawai dan berbagai kendalai yang lain.

Tidak semua daerah di Indonesia dapat melaksanakan pembelajaran daring karena ada berbagai alasan. Beberapa daerah, terutama yang termasuk dalam kategori daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) mengalami hambatan jaringan internet, bahkan beberapa daerah merupakan tanpa sinyal (blank spot).

Selain itu, sebagian masyarakat daerah 3T tidak memiliki gawai atau harus berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Hambatan ekonomi juga dialami oleh sebagian masyarakat 3T sehingga kurang mampu membeli kuota yang dapat menopang pembelajaran daring.

Berdasarkan hal tersebut, ditemukan berbagai macam masalah pembelajaran di wilayah 3T yang ada kaitannya dengan SDM mengenai pemahaman penggunaan teknologi pembelajaran. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah.

Berdasarkan realita di lapangan, wilayah 3T untuk menerapkan belajar daring merupakan sesuatu proses yang masih menjadi kendala dibandingkan di wilayah perkotaan. Salah satu kendala terbesar dari pelaksanaan pembelajaran daring adalah jaringan internet yang belum memadai, tidak adanya tower pemancar, ponsel yang jarang digunakan anak, listrik yang tidak bersahabat, pedagang pulsa paket yang sangat jauh, dan lainnya.

Dengan demikian, kendala ini tidak hanya terjadi oleh siswa yang kurang mampu untuk melaksanakan pembelajaran daring, tapi semua aspek tidak mendukung dari segi fasilitas. Jika infrastruktur dan SDM sudah dibenahi, maka wilayah 3T tidak tertinggal lagi oleh masyarakat perkotaan terutama dalam penggunaan teknologi pembelajaran. (Hendi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *