JENDELAPUSPITA – Malam kian larut dering telepon pun berbunyi, sayup kudengar suara berkata “Ibu di tugaskan di daerah perbatasan.” Alangkah terkejut, namun harus tetap kulaksanakan, dalam hatiku berkata aku kuat dan bisa menjalani semuanya.
12 Juli 2016. Kulangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah yang terletak di ujung timur perbatasan bumi cenderawasih, rasa asing seketika mengelilingi diriku yang pertama kali berada jauh dari keluarga. Ingin rasanya aku berlari kembali pulang.
Aku melihat di seberang lapangan ada ruangan yang terbuka, kuberanikan diri untuk mengetuk pintu dan melapor pada pimpinan. Setelah itu, aku di antar ke ruangan tempat mengajar dan berkenalan dengan anak-anak didikku. Alangkah senang hatiku, rasa asing seketika hilang entah ke mana.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sang mentari sudah di atas kepala, bel berbunyi di sambut sorak gembira warga kelas yang sudah tak sabar ingin segera keluar dan kembali ke rumah. Aku pun beranjak meninggalkan sekolah menuju pemberhentian mobil yang antre memanggil penumpang untuk naik.
Enam tahun berlalu bagai putaran roda yang tak kunjung berhenti. Kulewati hari-hariku dengan begitu cepatnya. Kulihat sebuah amplop tergeletak di atas meja dan kubuka dan kubaca. Alangkah terkejutnya, aku harus kembali lagi di pindahkan semakin dekat dengan daerah perbatasan Bumi Cenderawasih dan Papua Nugini (PNG).
Gedung Serbaguna Kantor Wali Kota Jayapura pada Jumat, 7 Januari 2022, berbalut seragam hitam putih kami di lantik dan di ambil sumpah untuk di tempatkan di tempat tugas kami masing-masing. Rasa sedih dan gundah itu kembali hadir, akankah aku mampu menjadi pemimpin yang baik bagi orang-orang yang berada di sekelilingku, ucap batinku bertanya.
Rabu, 2 Februari 2022, serah terima dari pemimpin yang lama kepadaku yang di wakili dari Kabid SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura. Maka resmilah aku bekerja bersama dengan teman-teman guru yang ada di sekolah.
Harapanku dalam sambutan singkat agar kita bersama-sama memajukan sekolah ini walau terletak jauh di ujung perbatasan. Namun, jika kita bekerja sama Insya Allah sekolah ini pun tidak kalah dengan sekolah yang ada di Kota Jayapura.
Awal perjalanan begitu banyak rintangan yang kulalui baik dari guru maupun siswa dan jarak tempuh yang hampir 1 jam melewati hutan belantara. Namun, tidak menyulutkan semangatku untuk berjuang demi anak bangsa.
Walau kadang rasa jenuh dan ingin menyerah itu datang lagi hanya doa yang dapat kupanjatkan kepada Illahi Rabbi semoga selalu dalam perlindungannya dan sekolahku semakin maju di masa yang akan datang.
Wati Tuharea, merupakan seorang kepala sekolah di SD Tangwala Skouw Yambe, Kota Jayapura. Selain menjadi kepala sekolah, beliau aktif dalam kegiatan K3S dan organisasi lainnya