JENDELAPUSPITA – Penyesalan adalah perasaan kecewa karena melakukan atau tidak melakukan sesuatu di masa lalu. Penyesalan adalah pemberi alasan kata mengapa, bagaimana, dan seharusnya. Penyesalan telah banyak membawa perubahan seseorang, menuju ke sisi hidup yang memproses perbaikan sebuah rasa salah yang telah di lakukan.
Atau, penyesalan tak mujarab kala menghampiri seseorang dan hanya mampu membawa kehidupan yang sama dengan tidak lebih dari dan kurang dari sebelumnya.
Apakah penyesalan tergugat? Apakah mungkin semua orang bisa merasakan dahsyatnya sebuah rasa penyesalan? Pernahkah kita merenungkan apakah kita adalah orang yang protes dengan penyesalan? Apakah mungkin kita adalah orang yang paling marah dengan penyesalan?
Atau, kita adalah orang yang benci dengan kata penyesalan. Apakah kita adalah orang yang selalu berkejar-kejaran dengan penyesalan dan yang takkan rela penyesalan merenggut waktu dan senyum indah kita.
Penyesalan… oh penyesalan. Waktu adalah hal yang paling membuatku bergantian menggulirkan senyum dan air mata, Waktu adalah pencuri sejati yang telah merenggut sesuatu untuk merenung dan intropeksi. Waktu jualah yang membawa ke titik sebuah akibat yang terlihat dari sebuah keputusan kecerobohan dari kelabilan sebuah jalan yang di pilih.
Ah, waktu… kenapa kau terkadang membuat bahagia dan terkadang membuat sedih melanda, kadang waktu juga yang telah banyak memupuk keraguan dan keengganan dan tak sanggup beranjak. Banyak kejadian dan peristiwa yang telah banyak memboyong segala rasa dalam satuan waktu.
Entah telah berbanding terbalik atau berbanding lurus, entah telah mencapai kerapatan yang maksimal atau malah merenggang dengan berbagai proses kerapuhan dalam rangkaian emosi dan rasa yang silih berganti menggaung untuk memberikan informasi ke saraf pusat untuk melahirkan rasa suka, enggan, mau dan benci.
Mungkin telah tiba saatnya kita berdamai dengan takdir dan keadaan, mewaspadai penyesalan, merangkai dan memadu rencana dengan pertimbangan segala akal dan pikiran agar jalan yang tertempuh dan terjalani adalah jalan terbaik yang telah matang di tempuh tanpa harus ada penyesalan yang tergugat.
Dulu aku berlari tanpa henti, mengejar mimpi yang tinggi dan terang. Tak perduli siapa yang terluka, Atau siapa yang tergugat. Kini, kududuk sendiri di sini, mengingat semua yang kusia-siakan. Aku menyesal karena kekeliruan yang terus berulang meremehkan waktu yang terus mengejar.
Ku menangis pilu di dalam hati, Merasakan betapa terlambat. Semua yang kuimpikan lenyap seketika, Kini, aku tergugat oleh penyesalan. Maafkan aku yang tak peka dan tak mau, Melupakan kepedulian yang seharusnya kuasa. Apakah ini penyesalan yang tergugat?
Raudatun Hasanah, M.Pd., merupakan ibu dari dua orang putri yang tinggal di Desa Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Sehari-hari beliau berprofesi sebagai salah seorang staf pengajar di SMAN 1 Pasir Belengkong Kimia. Sampai hari ini, ia aktif menulis artikel, puisi atau esai dan sudah memiliki beberapa karya antologi. Pada 2022, beliau terpilih sebagai pemenang lomba cipta puisi tingkat nasional.