Yogyakarta, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan diskusi komunikasi mahasiswa atau Diskoma Edisi ke 6 yang mengangkat topik “Objektifikasi Perempuan di Media sosial”.

Diskusi diselenggarakan secara virtual pada hari Sabtu siang (6 Mei 2023). Dalam diskusi ini Diskoma menghadirkan narasumber Dewanto Samodro, M.I.Kom (Dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta) dan Dr. Dian Arymami, S.I.P., M.Hum (Dosen Ilmu Komunikasi UGM). Diskusi dipandu oleh Muhammad Dimas Audi Nurapraja (Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UGM).

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh tim peneliti Diskoma, diketahui bahwa objektifikasi perempuan semakin marak ditemukan di media sosial. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya akun media sosial seperti @ugmcantik, @uiicantikganteng, dan @uny_cantik yang masih menjadikan perempuan sebagai bahan objektifikasi.

Objektifikasi perempuan berarti perempuan sebagai objek bebas untuk dipandang, dinilai, dan juga dinikmati tanpa mempertimbangkan pendapat si pemilik tubuh. Persoalan ini tentu merupakan bentuk kesewenang-wenangan dan merugikan perempuan.

Dr. Dian Arymami, S.I.P., M.Hum, yang menekuni kajian media dan budaya, mengatakan “Objektifikasi perempuan justru dilakukan oleh diri sendiri dan bukan oleh orang lain. Ini dapat diamati dari semakin banyaknya foto-foto yang diunggah oleh pemilik akun media sosial yang menonjolkan tubuh secara berlebihan dan ini menjadi perdebatan yang terus menerus terkait bagaimana membedakan antara objektifikasi dan kesukarelaan”.

Jelasnya jika kita berbicara tentang media sosial saat ini, konten itu menjadi sebuah medium untuk mendapatkan penghasilan. Sehingga seorang wanita dapat secara sadar dan sukarela mengobjektifikasi dirinya untuk kepentingan ekonomi.

Dampak objektifikasi antara lain, perempuan kerap mengalami ketidaknyamanan dan ketidakpuasan terhadap apa yang dimilikinya saat ini dan tubuhnya, serta ketakukan terhadap penilaian publik. Hal tersebut berpotensi memengaruhi mental dan psikologisnya, yang dapat mengakibatkan depresi.

Sementara itu, Dewanto Samodro, M.I.Kom mengungkapkan “Objektifikasi tidak selalu terjadi pada perempuan namun tak jarang juga laki-laki menjadi korban objektifikasi. Kalau pada laki-laki, objektifikasi terjadi pada idola, sementara pada perempuan, objektifikasi lebih bersifat umum.”

Menanggapi hal ini, kedua pembicara sepakat, perlunya perempuan memiliki kendali atas tubuh mereka agar tidak menjadi objek bagi orang lain.(Hendi/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *