JENDELAPUSPITA – Ghafiruna Al Aziz, yang akrab dipanggil Firu, merupakan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Prajabatan (PPG Prajabatan) gelombang pertama di Universitas Negeri Malang, Provinsi Jawa Timur. Guru muda yang lahir tahun 1998 ini berasal dari Lumajang. Ketertarikannya menjadi guru tidak datang begitu saja, melainkan sudah tumbuh semenjak kecil.
Kedua orang tuanya adalah guru. Ayahnya mengajar di Sekolah Dasar dan ibunya mengajar di Taman Kanak-kanak. Sewaktu TK, Firu dimasukkan ke sekolah tempat ibunya mengajar. Di sanalah ia pertama kali memperhatikan dari dekat bagaimana sang ibu menjalankan profesi sebagai guru. “Saya selalu merasa bangga ketika melihat orang tua saya berkumpul bersama guru-guru lain yang mengajar saya,” kenang Firu.
Ketika sudah masuk SD, Ghafiruna Al Aziz semakin yakin dengan cita-citanya menjadi guru yang akan diperjuangkannya di kemudian hari. Ia tertarik karena memperhatikan kepribadian seorang guru yang begitu sabar dan penuh perhatian kepada anak-anaknya. “Melihat bagaimana orang tua yang berprofesi guru mendidik saya, saya jadi bercita-cita jadi guru,” ujar Firu.
Suatu pengalaman berkesan yang tak akan terlupakan adalah ketika ayahnya mengajar di sebuah daerah terpencil. Mereka sekeluarga tinggal di rumah dinas guru. Tinggal tak jauh dari sekolah ternyata membuat Firu semakin mengenali lingkungan para pendidik. Ia memperhatikan apa saja yang dilakukan para guru di dalam dan luar sekolah. “Saya melihat orang tua saya mengikuti organisasi, komunitas guru, kegiatan sosial dan kemasyarakatan,” tuturnya.
Pada gilirannya, setelah menempuh kuliah keguruan, Firu pun memilih untuk menjadi guru di tingkat Sekolah Dasar. “Saya suka sekali interaksi dengan anak-anak dan saya juga memiliki ketertarikan dengan public speaking. Saya ingin sekali masuk ke dunia anak-anak dan mempelajari lebih lanjut mengenai jenjang SD,” ujarnya.
Menjadi Guru Profesional Melalui PPG Prajabatan
Untuk menjadi guru SD yang punya sertifikat pendidik, Firu mengakui hal tersebut tidak mudah. Terutama apabila jalurnya melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan. Itu sebabnya, ketika pertama kali mendengar informasi tentang adanya PPG Prajabatan, ia langsung mendaftarkan diri.
“Saya berharap bisa menjadi guru yang lebih baik dan profesional,” ujarnya mengingat apa yang pertama kali terbayang dipikirannya ketika mengetahui informasi tentang PPG Prajabatan. “Selain itu, saya ingin meningkatkan kemampuan saya dalam mengajar, karena saya masih belum puas dengan kinerja saya,” imbuhnya.
Firu menjalani proses yang sangat panjang dalam PPG Prajabatan. Namun begitu, demi mendapatkan sertifikat pendidik, proses yang panjang itu justru semakin menambah semangatnya untuk mengembangkan diri. Ia bahkan mendapatkan lebih banyak pengalaman berharga dari apa yang pernah dipikirkannya. “Saya menerima banyak pengetahuan dan pengalaman baru,” akunya.
Salah satu hal yang sangat berharga bagi Firu adalah perubahan pandangannya perihal metode pembelajaran. Ketika mengikuti praktik lapangan PPG Prajabatan di sekolah mitra maupun domisili, untuk pertama kali ia melakukan kegiatan observasi. “Saya mengobservasi karakteristik peserta didik, bagaimana pembelajaran dan perangkat pembelajaran guru. Saya juga melakukan observasi lingkungan belajar dan lingkungan sekolah,” jelasnya.
Observasi yang dilakukan tersebut merupakan bekal yang sangat berharga untuk menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan kepada para murid. Dengan adanya suatu observasi maka seorang guru sedang berupaya memahami kekhasan masing-masing murid, sehingga capaian pembelajaran pada murid nantinya menyesuaikan dengan karakteristik mereka masing-masing. “Pengalaman itu membuat saya kini memiliki kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi pada pembelajaran,” ungkap Firu.
Bertemu Guru Penggerak dan Membuat Truk Padi
Firu juga menjalankan praktik lapangan di SDN Ditotrunan 01, Kabupaten Lumajang. Sejak awal, ia memang sengaja memilih sekolah yang memiliki banyak prestasi. “Saya ingin menyerap ilmu dari sekolah tersebut,” akunya.
Di sekolah tersebut, ia bertemu dengan seorang guru pamong yang juga seorang Guru Penggerak. Namanya Subakri. Beliau merupakan guru berprestasi sering menjadi delegasi dan selalu mengikuti Lomba Karya Inovasi Pembelajaran (INOBEL) dan menjadi 10 besar tingkat Nasional. “Karena ada Pak Subakri, saya mendapatkan refleksi yang sangat saya butuhkan, terutama saat pelaksanaan pembelajaran terbimbing. Saya membuat RPP yang menurut saya sudah bagus, ternyata ketika dilihat Pak Subakri ada perspektif lain yang merubah mindset saya,” ujarnya.
Waktu itu, Ghafiruna Al Aziz menggunakan PPT dalam menyampaikan materi belajar kepada murid. Pak Subakri menyampaikan kepadanya bahwa kalau guru muda menggunakan PPT itu sudah biasa, karena Firu adalah generasi yang lahir ketika dunia digital sudah ada, apalagi anak muridnya. Berbeda dengan generasi Pak Subakri, yaitu guru-guru lama, yang merasakan dua digital ketika sudah berumur.
Saat itu, Firu merasa tertantang untuk menciptakan suatu inovasi. Hingga akhirnya, setelah mempelajari pentingnya penggunaan media pembelajaran, ia kemudian membuat sebuah paparan diagram yang diberi nama Truk Padi. Terkesan sangat sederhana tapi justru penting sekali untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Firu pun membuat sebuah replika satu dimensi dari sebuah truk beroda empat yang biasanya digunakan untuk mengangkut barang. Pada bagian bak truk itu difungsikan sebagai papan yang dapat digunakan untuk menginformasikan materi pelajaran yang akan disampaikannya. Dengan adanya jarum dan benang sebagai alat peraga pada papan diagram, Truk Padi ini dapat digunakan secara kinetik.
Begitulah cara Firu menjadikan replika truk ini sebagai media presentasi di depan kelas. Murid-murid menjadi lebih antusias dalam menerima pelajaran, karena mereka menemukan sesuatu yang unik, baru, dan menyenangkan ketika belajar.
Berkat media pembelajaran seperti itu, apalagi dibuat dengan alat dan bahan mudah didapatkan, para murid juga tidak kesulitan untuk mencoba melakukan hal yang sama. Selain itu, dengan adanya percobaan inovasi dalam media pembelajaran, yang awalnya dimulai dari guru, murid akhirnya meniru inisiatif tersebut sehingga proses belajar-mengajar pun menjadi interaktif.
Firu merasa beruntung telah mengikuti PPG Prajabatan. “Pendidikan profesi ini telah membuat kompetensi pengajaran saya menjadi meningkat,” ungkapnya merefleksikan perubahan yang didapatkan. Kini, ia sudah siap untuk mengabdi. Baginya, mengajar adalah bentuk tanggung jawab saya pada instansi dan Tuhan YME.
Berangkat dari berbagai pengalaman berharga yang didapatkannya, Firu menyeru kepada calon guru di seluruh penjuru Indonesia untuk tidak ragu menjadi guru. “Ayo jadi guru, ikut andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik di masa sekarang maupun di masa depan,” pungkasnya. (Hendi/red)