Perpusnas Dukung Literasi DAK Fisik 2025

JENDELAPUSPITA – Sebanyak 29 dinas perpustakaan provinsi, kota, dan kabupaten akan menerima Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Sub Bidang Perpustakaan Daerah tahun 2025. Program ini bertujuan untuk meningkatkan layanan perpustakaan di daerah sekaligus mendorong budaya literasi di Indonesia.

Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Joko Santoso, menjelaskan. Bahwa DAK Fisik Sub Bidang Perpustakaan Daerah hadir untuk mengatasi tantangan seperti keterbatasan anggaran di daerah. Masih rendahnya tingkat pemerataan perpustakaan, serta penurunan skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada 2022.

“Upaya peningkatan budaya baca dan kecakapan literasi di lakukan melalui DAK Fisik Sub Bidang Perpustakaan. Yang mencakup modernisasi prasarana gedung fasilitas layanan perpustakaan umum di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota,” ujarnya dalam Sesi Kebijakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2025, Selasa (4/2/2025).

Selain itu, DAK Fisik juga akan di gunakan untuk menyediakan sarana layanan perpustakaan yang memadai. Membangun sistem informasi perpustakaan yang terpadu. Serta mengembangkan inovasi layanan berbasis teknologi informasi. Berbagai koleksi literasi, baik dalam bentuk cetak maupun digital, juga akan diperbanyak untuk mendukung peningkatan akses masyarakat terhadap sumber bacaan.

Lebih lanjut, Joko Santoso menjelaskan bahwa tahun 2025 menjadi tahun pertama penyaluran DAK Non Fisik, yang mencakup beberapa program unggulan, seperti peningkatan budaya baca dan literasi, pembinaan serta pendataan perpustakaan, pelestarian naskah kuno Nusantara, dan operasional layanan perpustakaan.

Inisiatif Baru: KKN Literasi dan Perpustakaan Layak Anak

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar, mengungkapkan adanya inisiatif baru dalam program pemberdayaan literasi masyarakat melalui Pemberdayaan Relawan Literasi Masyarakat (Re Lima). Salah satu bentuk nyata dari inisiatif ini adalah program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi, yang didukung oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

“Program ini menjadi strategi utama dalam memastikan pendampingan literasi di masyarakat dapat berjalan dengan baik,” jelasnya.

Selain itu, Adin Bondar juga menekankan pentingnya pengembangan Perpustakaan Layak Anak sebagai bagian dari pemenuhan hak literasi bagi generasi mendatang.

“Standardisasi pustakawan juga menjadi perhatian utama, termasuk dalam penyusunan kebijakan terkait kompetensi tenaga perpustakaan di tingkat daerah,” tambahnya.

Tiga Prioritas Program Perpusnas

Sementara itu, Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, mengajak pemerintah daerah untuk mengadopsi dan mengimplementasikan tiga program prioritas Perpusnas, yaitu:

1. Peningkatan Budaya Baca dan Kecakapan Literasi

Program ini mencakup berbagai inisiatif, termasuk menjadikan perpustakaan sebagai ruang kreatif bagi masyarakat. Misalnya, Perpusnas berencana menyelenggarakan kelas menulis yang memanfaatkan koleksi buku yang tersedia.

“Perpustakaan bisa menjadi wahana untuk mengembangkan kreativitas masyarakat, dengan menyediakan ruang bagi berbagai aktivitas literasi,” jelasnya.

2. Pengarusutamaan Naskah Nusantara

Menurut Aminudin, pelestarian naskah Nusantara tidak hanya sekadar digitalisasi dan konversi, tetapi juga harus memanfaatkan isinya agar tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat.

“Kelestarian naskah Nusantara bergantung pada seberapa kuat dan hidup isinya dalam ingatan masyarakat kita. Cara terbaik melestarikannya adalah menjadikannya sumber bagi bacaan-bacaan turunan yang dapat diakses oleh semua kalangan,” ujarnya.

3. Standardisasi dan Pembinaan Perpustakaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga perpustakaan di daerah serta menyusun kebijakan yang memastikan layanan perpustakaan semakin berkualitas dan berdaya guna bagi masyarakat.

Dengan berbagai program tersebut, Perpusnas berharap literasi di Indonesia dapat meningkat, akses terhadap bahan bacaan semakin luas, serta masyarakat semakin aktif dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat edukasi dan kreativitas.

(Hendi)