Sebagai bukti komitmennya menyediakan pendidikan kelas dunia di Indonesia, sekolah interkultural Sampoerna Academy berpartisipasi dalam merayakan United Nations Day setiap tahun demi mendukung terwujudnya agenda bersama dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG). Di tahun ini, Sampoerna Academy mengangkat tema keberagaman (diversity) kepada anak sejak usia dini khususnya bagi Generasi Alpha agar dapat menjadi individu berwawasan global dan menghargai keberagaman.

Alia Md Noh selaku IEYC (International Early Years Curriculum) Coordinator Sampoerna Academy menegaskan pentingnya memperkenalkan keberagaman sejak dini pada generasi Alpha yang diterapkan pada kurikulum Sampoerna Academy. “Mengajari anak-anak untuk menyadari keberagaman sejak dini adalah cara terbaik untuk mematahkan stereotip serta membantu mencegah diskriminasi, intimidasi maupun isu seperti bullying. Sebagai sekolah interkultural, para murid di Sampoerna Academy sudah dikenalkan dengan keberagaman budaya, bahasa, agama, suku, dan lainnya sejak dini. Dengan semangat keberagaman pula, di UN Day tahun ini kami mengadakan beberapa kegiatan di masing-masing sekolah, seperti parade bendera mini, pakaian dan makanan dari berbagai negara,” jelas Alia.

Sampoerna Academy menerapkan pendidikan yang berfokus pada pedagogi STEAM yang memandu siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learner) sehingga mampu bersaing, unggul, serta menjadi pemimpin masa depan. Hal ini seiring juga dengan komitmen Sampoerna Academy untuk memberikan pendidikan terbaik sejak dini demi mendukung terciptanya Generasi Alpha yang akan menjadi pemimpin masa depan.

Generasi Alpha merupakan generasi yang lahir dalam rentang tahun 2010 – 2025 dan menjadi generasi yang paling tergantung dengan teknologi namun terbuka dengan perkembangan. Generasi ini menjadi generasi yang paling banyak memiliki akses di tengah banyaknya kesempatan dan pilihan di dunia pendidikan. Namun terdapat tantangan yang dihadapi oleh orang tua serta pengajar untuk mengembangkan karakter Generasi Alpha dalam memahami keberagaman yang ada di sekitarnya.

Psikolog Anak & Remaja sekaligus Founder Relasi Diri Anastasia Satriyo mengungkapkan bahwa penting sekali memperkenalkan keberagaman kepada anak sejak dini dengan cara yang menyenangkan agar mudah dipahami. “Keberagaman dapat diperkenalkan kepada anak sejak dini dengan pengalaman langsung melalui apa yang bisa mereka lihat, dengar, alami dan rasakan menggunakan indera mereka. Misalnya dengan memperkenalkan warna warni pakaian, hiasan, makanan, cerita di setiap daerah atau negara. Bisa juga diceritakan melalui keberagaman dari orang-orang terdekat, misalnya orang tua, keluarga, teman-teman maupun guru,” jelas Anas.

Dalam memperkenalkan keberagaman, Sampoerna Academy menerapkan pembelajaran dengan cara yang sederhana namun detail, salah satunya dengan membuat lingkungan yang beragam. “Karena murid kami berasal dari berbagai daerah maupun negara yang beragam, maka kami memperkenalkan konsep keberagaman melalui konsep home country, adopted country dan house country. Sehingga mereka merasa lebih relate kepada apa yang telah mereka ketahui dan konsep keberagaman juga jadi lebih mudah dipahami,” jelas Alia.

Sampoerna Academy menerapkan IEYC (International Early Years Curriculum) berbasis praktik dengan kebutuhan perkembangan anak usia 2-5 tahun. IEYC dirancang berdasarkan delapan prinsip pembelajaran dan perkembangan anak yang secara intrinsik terkait dengan proses pembelajaran yang unik. IEYC menekankan pada pendekatan yang menyenangkan, holistik dan berfokus pada anak-anak untuk pembelajaran dan perkembangan melalui pengembangan dan pembelajaran esensial seperti Kemandirian dan Ketergantungan (Independence and Interdependence), Berkomunikasi (Communicating), Mengumpulkan Informasi (Inquiring), Hidup Sehat (Healthy Living), dan Kesehatan Fisik dan Mental (Physical Well-being). Dengan konsep “Power of Play” untuk pendidikan anak usia dini, Sampoerna Academy bertujuan untuk menciptakan siswa yang mandiri dengan mengintegrasikan permainan dalam setiap pelajaran. Melalui konsep ini, siswa akan dengan mudah menyerap pengetahuan serta menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan.

“Fokus IEYC pada pengembangan karakter anak bertujuan untuk mendorong dan membantu siswa dalam mengintegrasikan dan menerapkan pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, memfasilitasi mereka untuk berpikir lebih holistik dan mendorong mereka untuk menjadi pemecah masalah atau inovator masa depan. Jadi tidak hanya fokus pada pengembangan akademik, tetapi juga kepada personal dimension dan international dimension untuk membentuk anak menjadi global citizen,” tutup Alia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *