JENDELAPUSPITA – Malam itu, tepat hari Kamis setelah Magrib, aku diajak main dengan temanku, Vio. Pada awalnya, kami hanya bermain berdua. Namun, karena kurang seru, aku berinisiatif untuk mengajak teman-teman lain.
Akhirnya, kami pun mulai menjemput satu per satu teman yang lain. Setelah semuanya berkumpul, kurang lebih sepuluh anak, salah satu teman kami mengusulkan bermain petak umpat.
Permainan diawali dengan melakukan hompimpa. Setelah satu per satu, orang mulai berkurang. Akhirnya Bagas kalah dan harus berjaga. Aku mulai mencari tempat bersembunyi di lahan kosong sebuah perumahan.
Awalnya, kondisi aman. Dua menit kemudian, aku merasa merinding di bagian bahu belakang. Karena merasa tidak nyaman, aku menoleh ke belakang, tapi tidak kudapati seorang pun.
Tidak lama setelah itu, aku kembali menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok hitam besar yang menjulurkan tangan ke arahku. Dua temanku juga melihat sosok hitam itu.
Akibat dari kejadian itu, aku dan teman-temanku berlari mencari tempat persembunyian lain. Setelah mengendap-endap agar tidak ketahuan Bagas, akhirnya kami berlima menemukan tempat lain yang tidak jauh dari perumahan.
Di tempat ini, kami berbaris ke belakang. Zahra salah satu teman kami yang berada paling belakang.
Ia merasakan bulu kuduknya merinding. Zahra berkali-kali merasa ada yang memegang pundaknya.
“Sebaiknya, kita pergi dari tempat ini,” bisik Zhara memberi kode agar segera berlari.
“Satu… dua… tiga….”
Kami memutuskan untuk kembali ke tempat Bagas berjaga. Kemudian kami menceritakan kejadian ini kepada Bagas untuk menghindari peristiwa lain yang menakutkan.
Setelah itu, kami pun ke rumah masing-masing karena hal aneh mulai di rasakan.
Muhammad Ihwanuk Fathoni
Kelas 5, MI Muhammadiyah Gedeg
Mojokerto