JENDELAPUSPITA – Setelah salat Magrib, aku dan keluargaku bersantai di teras. Adikku tiba-tiba merengek meminta ditemani bermain bola di halaman. Mendengar permintaan adikku, aku langsung melompat ke halaman untuk menemaninya.
Pada mulanya, permainan berlangsung seperti biasa. Aku sangat senang melihat adikku yang kegirangan bermain bola. Tiba-tiba adikku melemparkan bolanya ke lahan kosong di sebelah rumahku.
“Yah, bolanya ke sana,” cetus adikku sedih.
“Tenang, ya. Biar Kakak ambilkan bolanya, kamu di sini saja,” kataku mencoba menenangkan adikku.
Aku segera berlari ke arah lahan kosong untuk mencari bola tersebut. Setelah mencari-cari, bolanya tidak ketemu. Aku meminta Ibu untuk menemaniku mencari bola menggunakan senter.
“Ke mana, ya, bolanya. Seharusnya ada di sebelah sini,” ujarku sembari menyorotkan senter ke berbagai tempat.
Saat mengarahkan senter di antara pepohonan pisang, aku melihat pocong besar mata hitam. Aku langsung merinding dan segera mematikan senter yang kupegang.
“Astaga ada pocong,” kataku takut.
Tiba-tiba Ibu mengagetkanku dengan suara yang kencang untuk memberitahuku di mana bolanya.
“Kak, itu bolanya ada di sana.”
Bola itu berada di dekat pohon pisang tempat pocong terlihat. Ibu segera menyuruhku untuk mengambil. Aku mulai memberanikan diri.
Pelan-pelan aku berjalan ke arah pohon pisang yang tadi ditunjuk Ibu. Meskipun sangat takut, aku berusaha untuk tidak menoleh ke arah lainnya.
Setelah mengambil bola dan membalikkan badan, aku kembali melihat pocong yang menakutkan dengan wajah berdarah dan matanya berwarna hitam.
Aku berlari ke arah halaman sambil berteriak dan menceritakan semua kepada Ibu. Ibu menasihatiku untuk memperbanyak doa agar tidak bertemu hantu dan menghilangkan rasa takut.
Randy Anathan Putra
Kelas 4, MI Muhammadiyah Gedeg
Mojokerto