SULTAN ISKANDAR MUDA ditulis ulang oleh Nini Sofyan

JENDELAPUSPITA – Sultan Iskandar Muda lahir di Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh sekitar tahun 1590 atau 1593. Ibunya Putri Raja Indra Bangsa merupakan keturunan keluarga Raja Darul-Kamal. Ayahnya Sultan Mansyur Syah bin Sultan Abdul Jalil keturunan dari keluarga Raja Makota Alam merupakan cucu dari Sultan Alauddin Riayat Syah AlKahhar, Sultan Aceh ke-3.

Kehidupan Awal

Di usia belia, Iskandar Muda mempelajari beragam ilmu seperti Ilmu agama, hukum, seni budaya, kemiliteran dan juga ketangkasan jasmani. Ilmu agama di peroleh dengan belajar langsung pada ulama-ulama yang paling berpengaruh pada saat itu, Teungku Di Bitai dari Baitul Mukadis.

Sultan Iskandar Muda menikah dengan Tengku Kamaliah (Putroe Phang), putri dari Kesultanan Pahang, Malaysia. Untuk mengobati kesedihan istrinya yang selalu rindu akan kampung halamannya yang berbukit-bukit. Sultan membangun ‘Gunongan’ dalam taman istana dan memerintahkan untuk menggali sebuah kanal yang mengaliri air bersih dari sumber mata air di Mata Ie hingga ke aliran Sungai Krueng Aceh.

Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda

Pada 1606, Iskandar Muda berhasil mengusir Portugis dari tanah Aceh. Dengan berbekal sedikit pasukan dan senjata yang di berikan oleh Sultan Ali Riayat Syah. Kemenangan ini membuat dirinya disegani. Pada 4 April 1607, Sultan Ali Riayat Syah mangkat, Sultan Iskandar Muda di nobatkan sebagai pengganti.

Pada masa kepemimpinannya, wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh meluas, meliputi Semenanjung Malaya, Thailand, dan sebagian besar wilayah Sumatera. Sultan Iskandar Muda memperkuat angkatan perangnya dengan mempersiapkan anggota-anggota tentara yang tangguh yang di latih sejak muda, memiliki puluhan ribu prajurit, ratusan pasukan gajah serta pasukan berkuda.

Hubungan Kesultanan Aceh dan Negara Eropa

Sultan Iskandar Muda menjalin hubungan yang baik dengan banyak negara. Belanda yang ingin menguasai Selat Malaka mengalihkan perhatiannya ke Jawa serta Maluku untuk menghormati Sultan. Inggris mengirimkan hadiah berupa sebuah meriam, kemudian dinamakan Meriam Raja James. Perancis mengirimkan hadiah cermin yang sangat indah, namun cermin tersebut pecah dalam perjalanan.

Kesultanan Utsmaniyah di Turki, Sultan Ahmed I juga mengirimkan meriam dan beberapa orangnya untuk mengajari kesultanan Aceh dalam bidang ilmu militer.

Akhir Hayat

Setelah perang besar melawan Portugis berakhir, Kondisi kesehatan Sultan Iskandar Muda memburuk. Sultan Iskandar Muda akhirnya wafat pada usia 43 tahun tepatnya pada tanggal 27 Desember 1636. Beliau dimakamkan di Kompleks Pemakaman Sultan Aceh Kandang XII, Banda Aceh.

SULTAN ISKANDAR MUDA ditulis ulang oleh Nini Sofyan

Nini Sofyan, kelahiran Banda Aceh. Disela kesibukan sebagai IRT merangkap ASN mencoba ikut berkontribusi mengenalkan pahlawan bagi generasi Indonesia agar dapat mencintai dan menjadi sumber inspirasi dalam kehidupannya.