JENDELAPUSPITA – Bulan Ramadan bukan hanya waktu ibadah, tetapi juga saat di mana masyarakat, termasuk produsen makanan skala rumah tangga, menghasilkan sampah organik seperti “food waste” dan sampah anorganik seperti botol air minum. Contohnya adalah TPA Bantar Gebang Bekasi, yang mencatatkan timbulan sampah hingga 7.708 ton per hari menurut data Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK RI, 30 Agustus 2023).

Untuk mengelola sampah dengan baik, penting untuk memilahnya dengan benar. Sampah organik seperti “food waste” dapat dipisahkan dengan menggunakan trashbag warna kuning (opsional), sementara sampah anorganik seperti botol air minum dapat disetor ke tempat pengumpulan sampah plastik atau Bank Sampah terdekat.

Imam Pesuwaryantoro, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka (UT) Jakarta, menciptakan solusi Eco-Urban Farming berupa Food Estate Skala Rumah Tangga. Dia menggunakan pupuk kompos dari TPA Bantar Gebang, Bekasi, dengan campuran 3 kg larva (maggot), 60 ml bioaktivator EM4, dan air bersih secukupnya, Sabtu (30/3/2024).

Proses pembuatan pupuk kompos ini sangat mudah:

  • Food waste dan larva dimasukkan ke dalam sebuah ember.
  • Gula merah dan bioaktivator EM4 dilarutkan dalam air bersih.
  • Larutan gula merah dan EM4 dituang ke dalam ember yang berisikan food waste dan larva, lalu diaduk.
  • Semua bahan dicampur hingga merata.
  • Pengadukan dilakukan sekali sehari selama 14 hingga 28 hari, hingga pupuk menjadi seperti tanah berwarna coklat.

Penggunaan pupuk kompos dari sampah rumah tangga dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Bantar Gebang, serta menjadi alternatif yang berkelanjutan untuk pertanian urban di perkarangan rumah.

Dengan demikian, pengelolaan sampah yang bijaksana dan partisipasi dalam program ekonomi sirkular dapat membantu mewujudkan Indonesia net zero emission pada 2050 dan Indonesia emas pada 2045, kata Imam Pesuwaryantoro. (Hendi/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *