JENDELAPUSPITA – MENJADI PENULIS adalah impian semua orang. Aih, tidak semua orang juga sepertinya tetapi paling tidak tentu saja ini menjadi impian bagi banyak orang. Sama halnya seperti orang bermimpi untuk menjadi artis, arsitek, pembuat film, dan lain sebagainya. Mengapa demikian?
Karena menulis melahirkan karya. Kita seakan mempertontonkan sebuah gagasan dan pemikiran hasil dari olah pikir/rasa/nalar/batiniah. Menjadi penulis dan mempublikasikan karya kita ke permukaan untuk dibaca oleh banyak orang merupakan agenda dari memamerkan hasil cipta diri ini.
Menjadi penulis juga membuat diri kita menjadi bagian dari peradaban literasi. Tertoreh nama kita, didengar dan juga boleh jadi mengilhami banyak pihak tanpa kita sadari. Lalu, bagaimanakah bila karya kita bukan “sebuah hal luar biasa”, apakah harus dipamerkan dan digaungkan ke dunia atau cukup menjadi data di dalam ponsel ataupun laptop kita?
Sekelumit pertanyaan ini seringkali hadir dalam benak penulis pemula yang tidak percaya diri akan karyanya. Padahal, kita tidak pernah tahu apakah bagus atau jelek karya kita ketika belum dilempar ke permukaan. Padahal, selalu ada pengalaman pertama. Padahal, semua orang berhak berkarya tidak peduli itu pemula ataupun senior. Padahal, semua proses pembelajaran adalah hak milik semua orang bagi yang mau mengambilnya.
Selain “padahal” di atas, masih banyak sebenarnya argumentasi lain yang bisa menjawab keraguan kita selama ini. Semoga “padahal” ini menjadi cambuk bagi kita untuk memanfaatkan semua peluang yang ada untuk berkarya. Tak perlu berpikir bagus atau jelek karena ini lahir dari ketidakpercayaan diri. Apalagi jika masih berpikir “buat apa menulis?”.
Sebab, pertanyaan sederhana di atas akan banyak sekali JAWABAN BESAR yang menanti. Yah, kita memang harus berkarya, bermanfaat, dan mengilhami, itulah pertanda bagi kita yang INGIN MENJADI BESAR atau LAYAK MENJADI ORANG.
Sebab, hidup memang harus berguna dan melahirkan banyak sekali manfaat. Apalagi kita sebagai manusia, sehelai daun saja memiliki manfaat besar bagi alam semesta ini. Angin berhembus saja yang tak terlihat mampu memberikan manfaatnya bagi banyak hal. Tentu dengan kita berkarya dan berjuang, ini bisa menjadi bagian dari kita menebar manfaat sebagai manusia.
Ya, daun, angin, dan juga udara basah seringkali memberikan perasaan menenangkan dan membangun kemesraan. Semesra rintik hujan di kota Bogor. Kecintaan dan kemesraan mereka pada kota tercinta mampu mengilhami untuk membuahkan karya buku ini. Buku yang Anda kini ada dalam genggaman kita semua. Buku sederhana nan cantik yang memberikan nada-nada indah dalam gelayut kata-kata.
Rintik Mesra Kota Hujan
Penulis : Ai Sumarnih, Anis Afifah, Artati Afrianingsih, Ayu Berliany Aprianti , Darmawanti, dkk
Pemeriksa Aksara : Fikriansyah
Desain Cover : Iffah Tsabita Ihsani
Desain Tata Letak : Fikriansyah
Penerbit : Jendela Puspita
Ukuran : 14,8 X 21 cm
Jenis Cover : Softcover
Jenis Kertas : HVS 80gsm
Halaman : 144 Halaman